Harga Minyak Naik karena AS, Batu Bara Bangkit Dibantu China
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas harga komoditas pada perdagangan Senin (17/7/2023) bergerak dalam tren pelemahan. Namun, harga komoditas mulai kembali pagi hari ini, Selasa (18/7/2023), termasuk minyak mentah dan emas.
Harga minyak mentah sempat terjun oleh kabar buruk dari China. China melaporkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3% (year on year/yoy) pada kuartal II-2023.
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2023 yakni 4,5% (yoy) tetapi jauh di bawah ekspektasi pasar yakni 7,3% (yoy).
Ekonomi Tiongkok hanya tumbuh 0,8% dibandingkan kuartal sebelumnya (quartal to quartal/qtq) pada periode April-Juni 2023. Pertumbuhan tersebut adalah yang terendah sejak kuartal III-2022.
Melemahnya ekonomi China ini menjadi kekhawatiran pelaku pasar komoditas mengingat Tiongkok adalah konsumen utama dunia untuk batu bara, minyak, hingga emas.
Namun, harga minyak kembali naik karena proyeksi turunnya produksi minyak di AS.
Produksi minyak serpih AS diproyeksikan turun menjadi hampir 9,40 juta barel per hari (bph) pada Agustus 2023. Penurunan tersebut akan menjadi yang pertama sejak Desember 2022.
Sebaliknya, harga batu bara justru terus merangkak naik karena kabar buruk dari China. Setelah hancur lebur pekan lalu, harga batu bara pelan-pelan naik.
Peningkatan harga batu bara salah satunya ditopang oleh gelombang suhu panas di China.
Suhu di Tiongkok mencapai 52,2 derajat Celcius sehingga mendorong terjadinya peningkatan konsumsi batu bara.
Selengkapnya mengenai perkembangan harga komoditas bisa dibaca pada artikel di bawah ini:
Harga batu bara
Harga emas global
Harga emas Pegadaian
Harga emas Antam
Harga CPO
Harga minyak mentah
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcidonesia.com
(mae/mae)