Bos LPS Soal Kebijakan Moneter AS: The Fed Lagi Bingung

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
13 July 2023 12:05
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa dalam Economic Update yang berlangsung pada Kamis, (13/7/2023). (CNBC Indonesia TV)
Foto: Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa dalam Economic Update yang berlangsung pada Kamis, (13/7/2023). (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,0-5,25% pada Juni lalu. Namun, The Fed mengisyaratkan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun ini.

Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Komisioner (DK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan bahwa meskipun The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis point sebanyak dua kali pun, kebijakan moneternya sudah berubah. Ketimbang pada Maret tahun 2022 di kala tingkat inflasi tahunan AS melambung tinggi sebesar 8,8%.

Purbaya menjelaskan pada saat itu, laju pertemuan uang di sana minus 15%. Lalu ketika Silicon Valley Bank (SVB) jatuh, The Fed merubah kebijakannya lagi.

"Yang bond dipegang bank boleh ditukar ke The FedĀ at par. Itu kebijakan yang luar biasa. TapiĀ in a sense, secara hakikinya dia merubah kebijakan moneter dari ketat menjadi tidak terlalu ketat lagi. Walaupun tidak berbalik 100%," jelas Purbaya di Economic Update CNBC Indonesia, Kamis (13/7/2023).

Ia memaparkan saat ini laju pertemuan uang di AS sudah turun jauh menjadi minus 0,4%. Maka dari itu, ia menilai The Fed seperti "lagi bingung" dengan wacana meningkatkan suku bunga sebanyak dua kali lagi pada tahun ini. Bank Sentral AS itu disebut "menjaga muka" dengan wacana ini. Sebab kebijakan moneternya sudah hampir nol dibanding negatif.

"Kalau mereka nggak malu sih udah turunin [suku bunga]. Cuman mereka malu kali, takut dianggap tidak jelas posisinya, maju, mundur, maju, mundur. Mereka bilang flip-flopping, mau naik terus turunin, mau turun terus naikin. Atau dia takut disangka orang bloon. Jadi mereka bilang ya oke kita naikin dulu," katanya.

Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi AS belum akan bergerak cepat. Purbaya mengatakan perekonomian Indonesia bisa saja tumbuh lebih cepat dari sekarang dengan keadaan seperti ini.

Ia mengatakan bahwa bila AS menaikkan suku bunganya lagi, Indonesia harus fokus dengan menjalankan kebijakan pro growth, atau kebijakan dalam membangun pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Diikuti dengan kebijakan fiskal ekspansif, peningkatan suku bunga LPS, dan penjaminan. Dengan begitu, Purbaya memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus 5,5% di tahun 2023.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos LPS: Dulu Bak Malaikat Maut, Sekarang Jadi 'Bestie' Bank

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular