Rupiah Jatuh Digoyang Sentimen AS, Dolar Tembus Rp 15.190

rev, CNBC Indonesia
10 July 2023 15:32
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda bahkan sudah melemah dalam empat hari beruntun.  

Merujuk data Refinitiv, rupiah di pasar spot ada di posisi Rp15.190/US$. Rupiah terkoreksi 0,40% hari ini (10/7/2023). Posisi rupiah saat ini semakin memperpanjang rekor pelemahan rupiah lebih dari tiga bulan terakhir.

Posisi penutupan rupiah hari ini adalah yang terendah sejak 23 Maret. Rupiah juga terus melemah dalam empat hari terakhir dengan pelemahan mencapai 1,32%.

Ambruknya nilai rupiah ini terjadi salah satunya disebabkan karena Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun menjadi 127,1 pada Juni 2023 dari 128,3 pada Mei 2023. Penurunan tersebut disebabkan melemahnya kepercayaan konsumen terhadap situasi ekonomi saat ini dan ekspektasi ekonomi ke depan.

Dalam laporan Survei Konsumen Bank Indonesia pada Senin (10/7/2023) menjelaskan bahwa hal tersebut tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Juni 2023 yang masing-masing tercatat sebesar 116,8 dan 137,5.
BI menilai ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan terpantau tetap kuat karena masih tercatat >100 yang menandakan optimisme.

Selain dikarenakan IKK, tekanan dari pengumuman inflasi China yang dirilis pada Senin (10/7/2023) menunjukkan kondisi ekonominya yang kurang menggairahkan.

Indeks harga konsumen China datar pada bulan Juni year-on-year (yoy) tercatat 0%, level terendah sejak Februari 2021. Sementara itu, harga produsen turun 5,4% (yoy), laju penurunan tercepat sejak Desember 2015.

Dampak lesunya ekonomi China dapat mempengaruhi Indonesia. Sebagai negara tujuan ekspor terbesar komoditas Indonesia, potensi menurunnya capital flow ke Indonesia dapat terjadi.
Maka dari itu, harapan para pelaku pasar yakni agar inflasi China dapat mengalami peningkatan yang tepat dan terkontrol sebagai indikasi bahwa tumbuhnya ekonomi suatu negara.

Namun, faktor terbesar dari pelemahan rupiah hari ini adalah kekhawatiran pelaku pasar mengenai inflasi AS. Data inflasi Juni akan keluar pada Rabu pekan ini (12/7/2023).
Pasar berekspektasi inflasi AS akan melandai ke 3,2% pada Juni 2023, dari 4% pada Mei.
Jika inflasi masih bandel maka kebijakan hawkish bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) bisa semakin menjadi kenyataan. Kenaikan suku bunga akan membuat dolar AS semakin dicari sehingga rupiah ambruk.

Kendati melemah, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti melihat ada potensi dari penguatan rupiah ke depan.

"Ke depan bi masih melihat ruang apresiasi nilai tukar rupiah masih ada di tengah surplus transaksi berjalan dan kami perkiraan juga masuknya aliran modal asing sering dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah dan imbal hasil aset keuangan domestik yang masih menarik," tutur Destry dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Badan Anggaran, Senin (10/7/2023).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular