Harga Batu Bara Tenggelam Ditelan Musim Hujan China & India

mae, CNBC Indonesia
06 July 2023 06:57
A loader is seen amid coal piles at a port in Lianyungang, Jiangsu province, China January 25, 2018. REUTERS/Stringer
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali melandai. Pada perdagangan Rabu (5/7/2023), harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 151 per ton. Harganya melandai 0,17%.

Pelemahan ini memperpanjang tren negatif pasir hitam yang juga melemah 2,1% pada perdagangan hari sebelumnya. Kembali melemahnya harga batu bara disebabkan oleh sejumlah faktor mulai dari jatuhnya harga gas serta melemahnya permintaan.

Namun, kenaikan harga minyak mentah membantu harga batu bara untuk tidak jatuh terlalu dalam.

Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) melemah 2,93% kemarin ke 34,37 euro per mega-watt hour (MWh).
Harga gas sempat melonjak pada hari sebelumnya karena berkurangnya produksi listrik dari pembangkit energi baru terbarukan di Eropa.
Sebaliknya, harga minyak mentah terkerek naik lebih dari 1% setelah Arab Saudi berencana melanjutkan pemangkasan hingga 1 juta barel per hari pada Juli dan Agustus.

Musim Hujan Bisa Jadi Berkah dan Bencana Buat Batu Bara

Faktor utama dari melemahnya harga batu bara adalah permintaan yang belum juga meningkat.  China sebagai konsumen terbesar batu bara belum menunjukkan adanya peningkatan impor ke depan.
Suhu di sebagian besar wilayah di China utara mengalami lonjakan suhu tetapi sebagian lain, terutama di barat daya, justru sedang diguyur hujan hingga banjir.

Memanasnya suhu bisa meningkatkan permintaan listrik sementara suhu yang dingin karena diguyur hujan membuat permintaan listrik menurun.
Dengan kondisi yang bertolak belakang ini, China kemungkinan tidak akan mengimpor batu bara dalam jumlah besar.

Terlebih, aktivitas manufaktur China juga masih melemah. Indeks Caixin/S&P Global manufacturing purchasing managers menunjukkan aktivitas manufaktur China melandai ke 50,5 pada Juni 2023 dari 50,9 pada Mei tahun ini.
Aktivitas yang melandai ini akan mempengaruhi permintaan listrik serta bahan material untuk sejumlah sektor seperti baja. Permintaan batu bara thermal sebagai sumber pambangkit listrik dan batu bara kokas sebagai bahan material industri baja pun akan menurun.

India juga akan menghadapi musim hujan dalam beberapa minggu ke depan. Suhi di India selatan dan tengah lebih rendah 1-2 derajat Celcius. Sebaliknya, suhu di India utara lebih panas dari biasanya.
Dengan datangnya musim hujan, impor batu bara India diproyeksi menurun ke depan.
Terlebih, produksi dan pasokan mereka juga tengah meningkat tajam.

Pasokan batu bara di India per 30 Juni 2023 menembus 107,15 juta ton. Pasokan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan 77,86 juta ton per Juni 2023.
Sementara itu, produksi batu bara di India mencapai 222,93 juta ton pada April-Juni 2023. Jumlah tersebut naik 8,4% dibanidngkan periode yang sama tahun lalu.

India adalah konsumen terbesar batu bara kedua di dunia setelah China.Perkembangan di China dan India akan sangat mempengaruhi harga batu bara.

Datangnya musim hujan di China dan India sebenarnya bisa berdampak ganda dan saling bertolak belakang. Dengan datangnya musim hujan maka suhu yang semula sangat panas akan mendingin. 
Permintaan akan listrik juga akan menurun sejalan dengan turunnya suhu sehingga kebutuhan batu bara di sejumlah pembangkit akan berkurang. Harga batu bara pun bisa terus jatuh.

Sebaliknya, musim hujan juga bisa mengganggu produksi batu bara. Tambang batu bara bisa ditutup karena genangan banjir. Lalu lintas pengiriman juga akan terganggu oleh banjir.
Kedua kondisi ini akan membuat produksi dan distribusi terganggu sehingga harga batu bara bisa naik.

Baik China dan India sebenarnya sudah menggenjot produksi batu bara untuk mengantisipasi musim hujan tetapi jika kondisi memburuk bukan tidak mungkin produksi akan semakin terganggu.

Harga batu bara juga tertekan karena semakin lemahnya permintaan dari Eropa.
Dilansir dai Montel, tujuh besar importir utama Eropa yakni Belanda, Belgia, Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan Spanyol sudah mengurangi impor mereka.

Impor dari ketujuh nefara tersebut diperkirakan hanya mencapai 5,1 juta ton pada Juni 2023, anjlok 22% dibandingkan Mei (month to month/mtm).
Jumlah tersebut juga 41% lebih rendah dibandingkan Juni 2022.

Belanda sebagai hub impor Eropa hanya mengimpor 1,75 juta ton pada Juni, turun 50% dibandingkan pada Mei.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular