Ekonomi China Mulai Layu, Harga Batu Bara Lesu

mae, CNBC Indonesia
22 June 2023 06:55
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)
Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali lesu. Pada perdagangan Rabu (21/6/2023), harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 133,65 per ton. Harganya melemah 0,67%.

Pelemahan kemarin berbanding terbalik dengan penguatan 1,31% pada hari sebelumnya.

Harga batu bara hanya bergerak di kisaran US$ 133-136 per ton dalam sepekan terakhir. Minimnya katalis atau faktor penopang membuat pergerakan harga batu bara sangat terbatas.

Katalis terbesar masih pergerakan harga gas. Setelah terbang 10,9% pada hari sebelumnya, harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) melemah 5,1% kemarin ke 36,74 euro per mega-watt hour (MWh).

Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi.
Harga gas alam melemah karena kekhawatiran mengenai pasokan mereda. Cuaca juga sudah tidak sepanas sebelumnya sehingga permintaan listrik turun.

Selain pelemahan harga gas, sentimen negatif yang membuat batu bara lesu adalah minimnya permintaan serta kekhawatiran mengenai ekonomi China.
Pengiriman batu bara melalui Pelabuhan Newcastle, Australia, ada di level terendahnya dalam lima tahun terakhir karena gangguan cuaca dan persoalan tenaga kerja.

Pengiriman Januari-Mei 2023 tercatat 53,2 juta ton, turun 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pengiriman pada Mei 2023 saja tercatat 11,7 juta ton atau turun 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Analis Kpler juga menunjukkan jika impor batu bara ke Eropa mencapai 4,38 juta ton pada Juni 2023, turun dibandingkan 5,29 juta ton pada Mei. Impor dari Asia diperkirakan mencapai 76,49 juta ton pada Juni, turun dibandingkan Mei yang tercatat 80,01 juta ton.
Kendati melemah, jumlah impor batu bara Asia masih di level tertingginya sejak Januari 2017.

Joseph Capurso, analis Commonwealth Bank, mengatakan pelemahan China membuat permintaan batu bara turun.

"Ekonomi China lebih lemah dibandingkan yang kita perkirakan sebelumnya. Dampak pelonggaran mobilitas sangat terbatas dan lebih kecil dibanding yang kita perkirakan jadi ini akan mempengaruhi permintaan batu bara," tutur Capurso, dikutip dari The Financial Review.

Pelemahan ekonomi China tengah menjadi perhatian besar dunia karena terus melemah.

Data ekonomi dari China terus mengecewakan dalam pekan terakhir. Sektor manufaktur mengalami kontraksi yang dalam, kemudian impor anjlok. Data yang dirilis hari ini menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel dan produksi industri yang lebih rendah dari ekspektasi pasar.

Berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS), Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun ke level terendah lima bulan di 48,8 tercatat turun dari 49,2 pada April. Angka PMI ini juga mematahkan perkiraan kenaikan menjadi 49,4.

Selain data yang mengecewakan,sektor perumahan di China dalam dua tahun terakhir sudah mengalami krisis. Kasus gagal bayar utang Evergrande Group, developer properti terbesar kedua di China pun menyeruak 2021 lalu.

Banyak proyek menjadi terbengkalai akibat kehabisan dana, pembeli pun tak mau melanjutkan cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Untuk mendongkrak ekonomi, bank sentral China (PBoC) bahkan sudah memangkas suku bunga acuan mereka dua kali.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular