
China Akan Habis-Habisan Genjot Ekonomi, RI Bisa Untung Besar

Sebagaimana diketahui sebelumnya, bursa Wall Street tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Juneteenth, sehingga sentimen pasar dari pasar saham AS cenderung minim.
Alhasil, pelaku pasar akan memantau bursa Eropa dan bursa Asia-Pasifik.
Di kawasan Eropa, memang pada perdagangan kemarin juga tidak ada sentimen yang dapat mempengaruhi pergerakan, tetapi pekan ini, sentimen terkait kebijakan suku bunga BoE dan SNB akan menjadi perhatian pasar.
Sebelumnya, BoE diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga 6%, lebih tinggi dari suku bunga The Fed dan ECB saat ini.
Gubernur BoE, Andrew Bailey mengatakan kepada komite parlemen bahwa inflasi masih "jauh lebih lama dari yang diharapkan" untuk turun dan pasar tenaga kerja masih "sangat ketat".
Selain BoE, SNB juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya pada pekan ini.
Pasar memperkirakan SNB juga masih akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp), meski tingkat inflasi domestik sudah mulai melandai.
Sebanyak 30 ekonom dari 33 yang disurvei Reuters, memperkirakan SNB menaikkan suku bunga sebesar 25 bp. Sedangkan tiga ekonom sisanya sebesar 50 bp.
Di lain sisi, pasar juga akan memantau dampak dari perkembangan geopolitik AS dan China, setelah keduanya melakukan pertemuan diplomatik.
Melansir Bloomberg News, Minggu kemarin, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken tiba di Beijing pada Minggu pagi untuk melakukan kunjungan diplomatik kilat sebagai upaya Presiden AS, Joe Biden untuk menstabilkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Presiden China Xi Jinping pun memuji kemajuan hubungan negaranya dengan AS. Pujian itu disampaikan dalam pertemuan Xi dengan Blinken di Beijing pada Senin kemarin.
"Kedua belah pihak sepakat untuk menindaklanjuti pemahaman bersama yang telah dicapai Presiden Biden dan saya di Bali. Kedua belah pihak juga telah membuat kemajuan dan mencapai kesepakatan tentang beberapa masalah tertentu. Ini sangat bagus," kata Xi kepada Blinken di awal pertemuan, mengutip Reuters.
Sebelumnya Presiden AS Joe Biden dan Xi terakhir bertemu di sela-sela KTT G20 di Bali, Indonesia pada November 2022. Keduanya menjanjikan komunikasi yang lebih sering, meskipun hubungan sejak saat itu telah memburuk karena masalah mulai dari Taiwan hingga masalah spionase.
Media pemerintah China menyebut Xi mengatakan kepada Blinken dalam pembicaraan tertutup, China berharap untuk melihat hubungan China-AS yang sehat dan stabil dan percaya kedua negara dapat mengatasi berbagai kesulitan.
Namun dalam pertemuan itu, Xi juga mendesak AS untuk tidak melukai hak dan kepentingan sah China, sebuah sinyal potensi titik nyala seperti Taiwan, pulau demokratis yang diklaim Beijing sebagai miliknya.
Blinken menanggapi dengan mengatakan kedua negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola hubungan mereka. "Amerika Serikat berkomitmen untuk melakukan itu," katanya.
Meski begitu, pertemuan Xi dan Blinken yang berlangsung sekitar 30 menit disebut-sebut dapat membantu memfasilitasi pertemuan puncak antara Xi dan Biden di akhir tahun 2023.
Sementara kabinet China bertemu pada Jumat lalu untuk membahas langkah-langkah untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) diperkirakan akan kembali memberlakukan kebijakan moneter longgar yakni dengan kembali memangkas suku bunga pinjaman acuan pada hari ini.
Suku bunga pinjaman tenor 1 tahun diperkirakan akan dipangkas menjadi 3,55%, dari sebelumnya 3,65%. Sedangkan Suku bunga pinjaman tenor 5 tahun juga akan dipangkas menjadi 4,2%, dari sebelumnya sebesar 4,3%.
Hal ini dilakukan untuk menopang pemulihan yang melambat di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Stimulus pemerintah Beijing dan kebijakan dovish bank sentral China diharapkan segera membangkitkan ekonomi "sang Naga"
China adalah motor ekonomi utama di Asia sehingga perkembangan di China akan sangat menentukan gerak ekonomi tetangganya, tak terkecuali Indonesia.
Bagi Indonesia, Tiongkok adalah mitra dagang terbesar sekaligus pasar terbesar bagi produk-produk unggulan seperti batu bara dan besi baja. China juga menjadi salah satu investor asing terbesar di RI.
Bila ekonomi China melaju kencang maka ekspor ke Tiongkok bisa semakin besar dan semakin banyak investasi yang datang dari pengusaha China.
Permintaan ekspor dari negara kawasan seperti Asia juga diharapkan ikut naik karena negara-negara seperti Vietnam, Korea Selatan, hingga Jepang banyak menggantungkan pasar ekspor ke China.
Selain bank sentral China, di Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) juga akan mengadakan minutes of meeting atau notula rapat pada hari ini. Selain itu, beberapa pejabat RBA juga akan memberikan pidatonya terkait kebijakan suku bunga RBA.
RBA memilih untuk menaikkan sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan Juni, mengirimkan suku bunga di atas 4%.
RBA telah menaikkan suku bunga resmi 12 kali sejak Mei tahun lalu, memilih untuk menaikkan pada setiap pertemuan kecuali April.
Adapun pertemuan RBA berikutnya akan dilaksanakan pada 4 Juli mendatang.
