
Kabar Gembira Bagi Dunia! Amerika Mau "Baikan" Dengan China

Beralih ke AS, mayoritas bursa saham Wall Street pada perdagangan pekan lalu terpantau cerah, meski volatilitasnya masih cukup tinggi.
Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau melesat 1,25%, sedangkan S&P 500 melonjak 2,58%, dan Nasdaq Composite melejit 3,25%.
Namun pada perdagangan Jumat pekan lalu, ketiganya ditutup di zona merah. Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,32% ke posisi 34.299,12, S&P 500 terkoreksi 0,37% ke 4.409,59, dan Nasdaq terpangkas 0,68% menjadi 13.689,57.
Koreksinya bursa Wall Street di akhir pekan lalu terjadi meski sentimen pasar di AS cenderung positif dan investor sudah mengetahui bahwa The Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga masih perlu dilakukan, di mana The Fed memperkirakan kenaikan dua kali menjelang akhir tahun ini.
Rentetan sentimen positif muncul setelah rilis data inflasi dan data tenaga kerja. Pada Selasa pekan lalu, inflasi AS periode Mei 2023 turun menjadi 4% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 4,9% (yoy) pada April 2023.
Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari sebelumnya sebesar 0,4% pada April.
Setelah rilis inflasi, The Fed pun memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di di level 5,0-5,25%. Namun, The Fed mengisyaratkan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun ini.
Pernyataan The Fed inilah yang membuat pasar sempat kecewa dan membuat Wall Street sempat terkoreksi. Namun hari berikutnya yakni pada Kamis waktu setempat, pasar di AS kembali bersemangat setelah dirilisnya data tenaga kerja.
Data tenaga kerja AS yang dirilis kemarin memburuk. Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran tercatat 262.000 pada pekan yang berakhir pada 10 Juni, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang tercatat 249.000. Jumlah klaim pekan tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021.
Kenaikan klaim pengangguran yang meningkat bisa menjadi sinyal jika ekonomi AS melambat sehingga ada harapan inflasi AS berikutnya turun tajam.
Kendati demikian, data penjualan ritel AS periode Mei 2023 masih kencang. Penjualan ritel naik (month-to-month/mtm) 0,3% pada Mei, lebih rendah dibandingkan 0,4% (mtm) pada April. Namun, pertumbuhan penjualan ritel lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni koreksi 0,1%.
Di lain sisi, koreksinya Wall Street di akhir pekan lalu terjadi karena obsesi Wall Street terhadap saham-saham teknologi yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) cenderung mulai meredup.
Saham-saham teknologi di AS yang sebelumnya sempat bergairah, mulai lesu pada akhir pekan lalu. Koreksi terjadi di saham Microsoft dan Apple yang baru-baru ini ditutup pada level tertinggi sepanjang masa.
Investor juga terjebak di antara ketakutan kehilangan reli tahun ini dan meningkatnya kekhawatiran tentang pasar yang sudah mulai jenuh beli (overbought).
"Pasar dapat melihat beberapa ayunan liar di kedua arah tanpa alasan fundamental [atau bahkan teknis] sama sekali," tulis Matt Maley, kepala strategi pasar Miller.
(chd/chd)