Harga Minyak Bergejolak Usai The Fed Menahan Suku Bunga
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak naik 1% pada pembukaan perdagangan Kamis (15/6/2023) setelah penurunan pada perdagangan sebelumnya.
Harga minyak mentah WTI menguat hingga 0,63% ke posisi US$68,7 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka menguat hingga 0,29% ke posisi US$73,41 per barel.
Pada perdagangan Rabu (14/6/2023), minyak WTI ditutup melemah 1,66% ke posisi US$68,27 per barel sementara minyak brent juga melemah 1,47% ke posisi US$73,2 per barel.
Harga minyak turun lebih dari 1% pada hari Rabu setelah Federal Reserve AS memproyeksikan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini, membuat pasar mengkhawatirkan tentang permintaan setelah data pemerintah menunjukkan peningkatan besar yang tak terduga dalam stok minyak mentah Amerika Serikat (AS).
Minyak naik lebih dari 3% pada hari Selasa (13/6/2023) di tengah ekspektasi kenaikan permintaan bahan bakar setelah bank sentral China menurunkan suku bunga pinjaman jangka pendek.
Pasar mengharapkan Federal Reserve AS untuk memangkas suku bunga. Namun Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetapi mengisyaratkan dalam proyeksi ekonomi baru bahwa biaya pinjaman kemungkinan akan naik setengah poin persentase lagi pada akhir tahun ini karena reaksi terhadap ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan dan penurunan inflasi yang lebih lambat.
"Pasar khawatir bahwa rencana suku bunga yang lebih tinggi akan menurunkan permintaan minyak. Reaksi spontan mendorong minyak turun," ucap analis Price Group Phil Flynn.
Suku bunga yang lebih tinggi memperkuat dolar, membuat komoditas dalam mata uang AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga minyak kemungkinan bisa naik dalam jangka pandek jika nantinya suku bunga AS kembali naik pada periode selanjutnya, namun jika harga naik karena dolar lebih tinggi nilainya dan tidak diimbangi peningkatan permintaan maka harga minyak akan menjadi semakin turun dalam jangka panjang.
Berkaca pada harga komoditas batu bara ketika harga sudah sangat tinggi dan permintaan melemah maka harganya akan terus menurun. Pasokan yang berlebihan, harga relatif tinggi serta lemahnya permintaan membuat harga suatu komoditas akan menjadi turun dengan melakukan normalisasi harga.
Saham Wall Street turun, sementara harga emas terpangkas kenaikannya setelah keputusan The Fed.
Stok minyak mentah AS naik sekitar 8 juta barel dalam pekan yang berakhir 9 Juni, menurut data dari Administrasi Informasi Energi. Analis memperkirakan penurunan 500.000 barel.
Stok bensin dan solar juga naik lebih dari yang diharapkan.
Sementara itu Energy Information Administration (EIA), meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun ini sebesar 200.000 barel per hari (bpd) menjadi 2,4 juta bpd, mengangkat total proyeksi menjadi 102,3 juta bpd.
Namun, EIA mengharapkan hambatan ekonomi untuk mengurangi pertumbuhan menjadi 860.000 bpd tahun depan dan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik untuk membantu menguranginya menjadi 400.000 bpd pada tahun 2028 untuk permintaan keseluruhan sebesar 105,7 juta bpd.
Angka pertumbuhan permintaan minyak EIA tahun 2023 sedikit di atas Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
JPMorgan menurunkan perkiraan untuk harga minyak mentah Brent rata-rata tahun ini sebesar US$9 menjadi US$81 per barel.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)