
Rusia Minta Ini ke Kartel OPEC, Harga Minyak Dunia pun Jatuh

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak terpantau terkoreksi pada awal perdagangan Jumat (28/4/2023) setelah Rusia mengatakan OPEC+ tak perlu pengkas produksi lagi.
Harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,13% ke posisi US$74,66 per barel. Pada perdagangan hari sebelumnya ditutup diposisi US$74,76 per barel.
Minyak jenis brent juga melemah hingga 0,17% ke posisi US$78,14 per barel, dimana perdagangan sebelumnya ditutup di posisi US$78,27 per barel.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, Kamis (27/4/2023), mengatakan kelompok produsen minyak terkemuka OPEC+ melihat tidak perlu memangkas produksi lebih lanjut.
Pernyataan ini disampaikan di tengah proyeksi banyak analis yang memperkirakan permintaan minyak dari China akan lebih rendah.
Namun, Novak mengingatkan OPEC perlu menyesuaikan kebijakan.
meskipun permintaan China lebih rendah dari perkiraan, tetapi organisasi tersebut
Novak mengatakan Rusia mencapai produksi yang ditargetkan bulan ini setelah mengumumkan pemotongan 500.000 barel per hari (bpd), atau 5% dari produksi minyaknya, hingga akhir tahun.
Rusia adalah bagian dari kelompok negara penghasil minyak OPEC+ yang mengumumkan pengurangan gabungan sekitar 1,16 juta barel per hari awal bulan ini.
Novak mengatakan produksi kondensat minyak dan gas Rusia diperkirakan akan turun menjadi sekitar 515 juta ton (10,3 juta barel per hari) tahun ini dari 535 juta ton pada tahun 2022.
"Ya, tentu saja bukan karena kami baru membuat keputusan (tentang pengurangan) sebulan yang lalu, dan itu akan berlaku mulai Mei untuk negara-negara yang telah bergabung," tutur Novak dikutip dari Reuters, menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan pemangkasan lanjutan OPEC.
Novak mengatakan pemulihan permintaan minyak di China setelah pandemi COVID-19 "mungkin lebih rendah". Tiongkok adalah konsumen terbesar kedua minyak dunia setelah Amerika Serikat.
Novak mengatakan OPEC+ tidak memperkirakan adanya kekurangan minyak di pasar global setelah pengurangan produksi.
Sebelumnya, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pemangkasan produksi berisiko memperburuk defisit pasokan yang diperkirakan terjadi pada pertengahan tahun ini.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak Haitham Al Ghais, Kamis (27/4/2023), mengingatkan IEA untuk lebih berhati-hati.
Al Ghais membantah keras tuduhan EIA jika langkah pemangkasan minyak dilakukan semata untuk menaikkan harga. Dia mengingatkan langkah tersebut juga dilakukan untuk menjaga fundamental market.
"EIA pasti tahu bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi pasar saat ini mulai dari dampak Covid, kebijakan moneter, pasokan, trading, hingga faktor geopolitik," tutur Al Ghais, dikutip dari CNBC International.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Merana Karena Amerika