Awal Pekan Bursa Asia 'Party', IHSG Juga Ikutan
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Senin (12/6/2023) awal pekan ini, di mana pada pekan ini investor akan disibukkan dengan rilis data ekonomi dan pertemuan beberapa bank sentral utama.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,52% ke posisi 32.434, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,07% ke 19.404,311, Straits Times Singapura bertambah 0,29% ke 3.196,07, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 0,42% menjadi 6.722,37.
Namun untuk indeks Shanghai Composite China ditutup turun tipis 0,08% ke 3.228,83 dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,45% menjadi 2.629,35.
Sementara untuk pasar saham Australia pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional.
Pada pekan ini, beberapa bank sentral utama akan menggelar pertemuan untuk membahas kebijakan suku bunga acuan terbarunya.
Adapun bank sentral utama tersebut yakni bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).
Mayoritas pelaku pasar global, termasuk di Asia-Pasifik cenderung optimis bahwa The Fed bakal melunak pada pertemuan pekan ini. Pasar pun memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuannya pada pertemuan 13-14 Juni 2023 waktu setempat.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 73,6% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%.
Pasar yang memprediksi The Fed akan mempertahankan suku bunganya karena perekonomian Negeri Paman Sam mulai mengalami perlambatan.
Sejumlah data-data terbaru AS memang menunjukkan jika ekonomi AS melambat.
Indeks PMI non-manufaktur AS atau sektor jasa melandai ke 50,4 pada Mei 2023, dari 51,9 pada April. Indeks juga berada di posisi terendahnya dalam lima bulan terakhir.
PMI manufaktur AS juga jeblok ke 48,4 pada Mei, dari 50,2 pada April. Dengan PMI ada di angka 48,4 maka aktivitas manufaktur AS kini sedang tidak dalam fase ekspansif.
Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran bertambah 261.000 pada pekan yang berakhir pada 3 Juni 2023. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2021.
Sebelum pengumuman The Fed, pasar juga akan menunggu data inflasi AS yang akan keluar pada Selasa besok.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi Negeri Paman Sam pada bulan lalu akan kembali turun menjadi 4,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada April lalu sebesar 4,9%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS diprediksi juga menurun menjadi 0,2%, dari sebelumnya pada April lalu sebesar 0,4%.
Rabu pekan ini, AS juga akan merilis data indeks harga produsen (IPP). Baik data inflasi AS dan IPP akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)