Baru Melantai Hari Ini, Saham MAXI Sudah Kena ARB, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bidang konsumer primer yang baru melantai di bursa pada Senin (12/6/2023) hari ini, yakni PT Maxindo Karya Anugerah Tbk (MAXI) terpantau ambles dan sudah menyentuh auto reject bawah (ARB)
Per pukul 09:39 WIB, saham MAXI ambles 15% ke posisi Rp 85/saham. Saham MAXI pun sudah menyentuh ARB beberapa menit setelah pembukaan perdagangan perdananya hari ini.
Sekitar 39 menit setelah dibuka, saham MAXI sudah ditransaksikan sebanyak 8.963 kali dengan volume sebesar 236,77 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 20,4 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya diperdagangan perdananya mencapai Rp 816,85 miliar.
Hingga pukul 09:39 WIB, di order offer atau jual, terdapat 558.917 lot antrian di harga Rp 85/saham atau sekitar Rp 4,7 miliar, sekaligus menjadi antrian jual terbanyak diperdagangan perdananya.
Sementara di order bid atau beli, belum ada antrian yang tertera kembali, menandakan bahwa saham MAXI sudah menyentuh ARB.
Sebagai informasi, harga penawaran perdananya sebesar Rp 100/saham, dengan jumlah saham yang ditawarkan sebesar 10 juta lot. Dana IPO yang akan diraih berkisar Rp 100 miliar - Rp 110 miliar.
Menariknya, akan ada waran gratis dengan rasio 1:1 yang berarti setiap pembelian satu saham baru MAXI akan mendapatkan gratis satu waran.
Adapun seluruh dana IPO akan digunakan untuk Modal Kerja Perseroan setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham.
Modal kerja yang dimaksud adalah terkait dengan pembayaran untuk pembelian bahan baku baik bahan baku langsung maupun bahan baku pembantu, upah tenaga kerja, biaya penjualan dan pemasaran, biaya perawatan dan utilitas serta biaya untuk keperluan kantor.
Namun dari sisi valuasi, saham MAXI cenderung mahal, di mana calon investor harus membayar enam kali lebih mahal dari harga kewajarannya.
Selain itu, buruknya kinerja keuangan MAXI masih menghantui Perseroan. Dimana pada laporan keuangan per 31 Maret 2023 yang belum diaudit, MAXI masih membukukan kerugian sebesar Rp 1,9 miliar.
Bahkan rugi tersebut lebih tinggi 186% jika dibandingkan dengan kerugian pada 31 Maret 2022 sebesar Rp 671 juta.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd)