
Baru 11 Hari IPO, Saham MAXI Mau Nyender Gocap

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konsumer PT Maxindo Karya Anugerah Tbk (MAXI) terpantau nyaris menyentuh harga Rp 50 per saham pada perdagangan sesi I Jumat (23/6/2023), di mana pada hari ini merupakan perdagangan hari ke-11 saham MAXI.
Hingga pukul 11:30 WIB, saham MAXI ambles 3,77% ke posisi Rp 51/saham. Saham MAXI hingga hari ini bergerak di rentang harga Rp 50 - Rp 51 per saham, alias sudah berada di level psikologis Rp 50 per saham.
Saham MAXI sudah ditransaksikan sebanyak 546 kali dengan volume sebesar 7,97 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 406,9 juta. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 490,11 miliar.
Hingga pukul 11:30 WIB, di order offer atau jual, terdapat 48.525 lot antrian di harga Rp 52/saham atau sekitar Rp 252 juta. Sedangkan jumlah antrian jual terbanyak berada di harga Rp 55/saham, yang mencapai 68.439 lot atau sekitar Rp 356 juta.
Sementara di order bid atau beli, pada harga Rp 50/saham atau batas bawahnya hari ini, terdapat 306.751 lot antrian atau sekitar Rp 1,85miliar.
Sejak perdagangan perdananya pada 12 Juni lalu hingga perdagangan hari ke-11-nya, saham MAXI sudah terkoreksi hingga 40%. Adapun dari harga IPO-nya, saham MAXI sudah terkoreksi 49%, atau nyaris 50%.
Sebagai informasi, seluruh dana IPO akan digunakan untuk Modal Kerja Perseroan setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham. Adapun dana IPO yang akan diraih berkisar Rp 100 miliar - Rp 110 miliar.
Modal kerja yang dimaksud adalah terkait dengan pembayaran untuk pembelian bahan baku baik bahan baku langsung maupun bahan baku pembantu, upah tenaga kerja, biaya penjualan dan pemasaran, biaya perawatan dan utilitas serta biaya untuk keperluan kantor.
Namun dari sisi valuasi, saham MAXI cenderung mahal, di mana calon investor harus membayar enam kali lebih mahal dari harga kewajarannya.
Selain itu, buruknya kinerja keuangan MAXI masih menghantui Perseroan. Dimana pada laporan keuangan per 31 Maret 2023 yang belum diaudit, MAXI masih membukukan kerugian sebesar Rp 1,9 miliar.
Bahkan rugi tersebut lebih tinggi 186% jika dibandingkan dengan kerugian pada 31 Maret 2022 sebesar Rp 671 juta.
Saham MAXI merupakan emiten konsumer produsen makanan ringan bermerek MAXI. Adapun makanan ringan yang diproduksi perseroan yakni dalam bentuk kripik. Perseroan selain menjual kemasan siap makan, juga menjual produk kripik yang siap dimasak.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat
