Pekan Sibuk, Bursa Asia Dibuka Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 12/06/2023 08:47 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Senin (12/6/2023), di mana pada pekan ini investor akan disibukkan dengan rilis data ekonomi dan pertemuan beberapa bank sentral utama.


Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,68%, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,03%, dan Straits Times Singapura bertambah 0,46%, sedangkan indeks KOSPI Korea Selatan terpantau melemah 0,29%.

Sementara untuk pasar saham Australia pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional.

Pada pekan ini, beberapa bank sentral utama akan menggelar pertemuan untuk membahas kebijakan suku bunga acuan terbarunya.

Adapun bank sentral utama tersebut yakni bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah cerahnya bursa saham AS, Wall Street pada akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,13%, S&P 500 naik 0,11%, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,16%.

Ini menjadi pertama kalinya dalam beberapa saat di mana investor tampaknya merasakan kepastian yang lebih besar. Mereka cenderung optimis bahwa pasar keuangan cenderung membaik pada pekan ini.

Selain itu, mereka juga memprediksi bahwa The Fed akan sedikit melunak dengan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan 13-14 Juni 2023.

"Ini kali pertama investor merasa yakin dan tampaknya mulai merasakan adanya kepastian yang lebih besar. Kami rasa ini akan menjadi titik balik dari sentimen bearish. Pasar kini yakin jika ekonomi akan lebih baik ke depan," tutur CEO AXS Investments, Greg Bassuk, dikutip dari CNBC International.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 70,1% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%.

Pasar yang memprediksi The Fed akan mempertahankan suku bunganya karena perekonomian Negeri Paman Sam mulai mengalami perlambatan.

Sejumlah data-data terbaru AS memang menunjukkan jika ekonomi AS melambat.

Indeks PMI non-manufaktur AS atau sektor jasa melandai ke 50,4 pada Mei 2023, dari 51,9 pada April. Indeks juga berada di posisi terendahnya dalam lima bulan terakhir.

PMI manufaktur AS juga jeblok ke 48,4 pada Mei, dari 50,2 pada April. Dengan PMI ada di angka 48,4 maka aktivitas manufaktur AS kini sedang tidak dalam fase ekspansif.

Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran bertambah 261.000 pada pekan yang berakhir pada 3 Juni 2023. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2021.

Sebelum pengumuman The Fed, pasar juga akan menunggu data inflasi AS yang akan keluar pada Selasa (13/6/2023).

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi Negeri Paman Sam pada bulan lalu akan kembali turun menjadi 4,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada April lalu sebesar 4,9%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS diprediksi juga menurun menjadi 0,2%, dari sebelumnya pada April lalu sebesar 0,4%.

Rabu pekan ini, AS juga akan merilis data indeks harga produsen (IPP). Baik data inflasi AS dan IPP akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga.

Selain The Fed, BoJ dan ECB juga akan menggelar rapat pada pekan ini.

ECB akan menggelar rapat pada Kamis pekan ini, sementara BoJ pada Jumat pekan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel