Happy Weekend! Bursa Asia Cerah Bergairah, IHSG Ikutan

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 09/06/2023 16:57 WIB
Foto: Karyawan Bursa Korea (KRX) berpose di depan indeks harga saham akhir selama kesempatan berfoto untuk media di acara penutupan seremonial pasar saham 2018 di Seoul, Korea Selatan, 28 Desember 2018. REUTERS / Kim Hong- Ji

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Jumat (9/6/2023) akhir pekan ini, meski inflasi China pada Mei 2023 kembali menurun.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melejit 1,97% ke posisi 32.265,199, Hang Seng Hong Kong menguat 0,47% ke 19.389,949, Shanghai Composite China bertambah 0,55% ke 3.231,41, ASX 200 Australia menanjak 0,32% ke 7,122.5.

Berikutnya Straits Times Singapura naik tipis 0,01% ke 3.186,97, KOSPI Korea Selatan melesat 1,16% ke 2.641,16, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,42% menjadi 6.694,02.


Dari China, inflasi pada periode Mei 2023 cenderung bervariasi, di mana inflasi ditingkat konsumen (consumer price index/CPI) terpantau tumbuh menjadi 0,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada April lalu yang tumbuh 0,1%.

Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Tirai Bambu pada bulan lalu kembali turun menjadi minus 0,2%, dari sebelumnya minus 0,1% pada April lalu.

Sementara untuk inflasi ditingkat produsen (producer price index/PPI) China pada bulan lalu mengalami deflasi, yakni minus 4,6%, dari sebelumnya pada April lalu yang minus 3,6%.

CPI China yang rendah dan deflasi di PPI kontras dengan inflasi yang relatif tinggi di negara ekonomi utama di seluruh dunia.

Bank sentral global, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) telah berjuang untuk menurunkan kenaikan harga selama lebih dari setahun. Baru pada pekan ini, Kanada dan Australia menentang ekspektasi dan kembali menaikkan suku bunga.

Pemulihan ekonomi yang belum berjalan dengan baik membawa China menunju inflasi mendekati nol atau deflasi pada bulan lalu.

Dengan China yang mengalami deflasi, ini kemudian memberikan ruang bagi bank sentral (People Bank of China/PboC) untuk melonggarkan kebijakan moneter demi memacu pertumbuhan ekonomi China.

Sebagai informasi, deflasi adalah kondisi di mana uang terlalu sedikit beredar di masyarakat, ditandai dengan harga-harga yang terus turun sepanjang waktu.

Meski ada kabar kurang baik dari China, tetapi investor di Asia-Pasifik cenderung optimis, karena pulihnya saham-saham teknologi global setelah data klaim pengangguran AS melonjak.

Data terbaru AS yang dirilis pada Kamis kemarin menunjukkan klaim pengangguran awal mencapai level tertinggi sejak Oktober 2021. Artinya ada potensi pelemahan pasar tenaga kerja.

Hal ini dapat meningkatkan harapan bahwa The Fed akan menghentikan kampanye kenaikan suku bunga pada pertemuan minggu depan.

Namun, jeda yang kemungkinan bakal di ambil The Fed belum tentu mengakhiri kampanye kenaikan suku bunganya. Terlebih, keputusan Bank of Canada untuk melanjutkan menaikkan suku bunga setelah jeda awal pekan ini dapat "menambah warna pada keputusan Fed."

Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar menilai peluang sekitar 72% bahwa The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan berikutnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor