Commodity News

Ulah AS dan Iran Bikin Minyak Kembali Jatuh

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Jumat, 09/06/2023 08:36 WIB
Foto: Pandangan menunjukkan bagian dari kilang perusahaan minyak negara bagian Petroleos Mexicanos (Pemex) di Salamanca, di negara bagian Guanajuato, Meksiko 8 Januari 2019. REUTERS / Daniel Becerril

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kembali melemah pada pembukaan perdagangan Jumat (9/6/2023) setelah Amerika Serikat (AS) dan Iran menyangkal laporan kesepakatan nuklir.

Harga minyak mentah WTI melemah hingga 0,49% ke posisi US$70,94 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka turun hingga 0,57% ke posisi US$75,53 per barel.


Pada perdagangan Kamis (8/6/2023), minyak WTI ditutup melemah 1,71% ke posisi US$71,29 per barel sementara minyak brent juga melemah 1,29% ke posisi US$75,96 per barel.

Harga minyak berakhir lebih rendah pada hari Kamis setelah AS dan Iran sama-sama membantah laporan bahwa mereka hampir mencapai kesepakatan nuklir.

Minyak turun di tengah laporan bahwa AS akan memberikan keringanan sanksi kepada Iran untuk mengekspor minyak dengan imbalan Teheran mengurangi pengayaan uranium.

Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menyebut laporan itu "salah dan menyesatkan".

"Jika tidak ada kesepakatan Iran maka kami kembali ke tempat kami sebelumnya, lebih fokus pada permintaan bahan bakar," ucap John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Harga minyak lebih rendah sebelumnya setelah AS melaporkan kenaikan persediaan bensin yang lebih besar dari perkiraan pada hari Rabu. Hal itu menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar AS, dengan puncak musim berkendara musim panas yang sedang berlangsung.

Kekhawatiran permintaan melebihi prospek pasokan yang lebih ketat setelah Arab Saudi berjanji pada pertemuan OPEC+ akhir pekan untuk memangkas produksi minyak mentah sebesar 1 juta barel per hari pada Juli. Pemotongan sepihak itu merupakan tambahan dari kesepakatan grup yang lebih luas untuk memperpanjang pembatasan pasokan yang ada hingga 2024.

Harga minyak bisa terangkat jika Federal Reserve AS melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 13-14 Juni, ucap Tamas Varga dari broker PVM. Ekonom yang disurvei oleh Reuters dalam memperkirakan tidak ada kenaikan suku bunga pada pertemuan tersebut.

Dolar AS sedikit melemah pada hari Kamis, membuat minyak lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak