
5 Saham BUMN Karya Ngegas Lagi, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa saham konstruksi BUMN Karya terpantau kembali cerah pada perdagangan sesi I Kamis (8/6/2023), melanjutkan penguatan sejak kemarin meski masih ada pemberitaan negatif mengenai masalah keuangan perusahaan.
Dari sembilan saham BUMN Karya beserta anak usahanya yang masih diperdagangkan di bursa (tidak terkena suspensi), lima saham terpantau menguat dan empat saham cenderung stagnan.
Berikut pergerakan sembilan emiten konstruksi BUMN Karyapada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Wijaya Karya (Persero) | WIKA | 496 | 3,33% |
Adhi Karya (Persero) | ADHI | 384 | 1,59% |
Wijaya Karya Bangunan Gedung | WEGE | 93 | 1,09% |
PP Presisi | PPRE | 108 | 0,93% |
PP (Persero) | PTPP | 575 | 0,88% |
Wijaya Karya Beton | WTON | 151 | 0,00% |
PP Properti | PPRO | 50 | 0,00% |
Waskita Beton Precast | WSBP | 50 | 0,00% |
Adhi Commuter Properti | ADCP | 60 | 0,00% |
Sumber: RTI
Per pukul 10:42 WIB, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) kembali memimpin penguatan saham BUMN Karya pada sesi I hari ini, yakni melonjak 3,33% ke posisi Rp 496/saham.
Tak hanya WIKA saja, saham BUMN Karya lainnya seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT PP Tbk (PTPP) juga menguat masing-masing 1,59% dan 0,88%.
S
ementara itu, untuk anak usaha BUMN Karya utama, hanya saham PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) dan PT PP Presisi Tbk (PPRE) yang menguat pada sesi I hari ini, masing-masing 1,09% dan 0,93%.
Kabar Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengusulkan penyertaan modal negara (PMN) ke WIKA sebesar Rp 8 triliun tampaknya mendorong kenaikan saham perusahaan dalam jangka pendek.
Nantinya, dana tersebut akan digunakan untuk penyehatan struktur permodalan WIKA.
Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan usulan penambahan PMN untuk WIKA yang sebesar Rp 8 triliun tersebut telah diusulkan berdasarkan rapat internal Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 28 April 2023 lalu.
Namun, kabar negatif juga membayangi WIKA akhir-akhir ini, terutama soal WIKA yang meminta penundaan pembayaran pinjaman dalam rangka restrukturisasi utang perusahaan dan dugaan adanya aksi poles-memoles laporan keuangan.
Melansir data Refinitiv, pinjaman WIKA beserta anak usaha nyaris mencapai Rp 15 triliun. Adapun total pinjaman obligasi perusahaan beserta anak usaha mencapai Rp 9 triliun.
Secara spesifik, Himpunan Bank Negara (Himbara) menjadi pemberi pinjaman utama kepada WIKA, dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi kontributor terbesar berdasarkan laporan keuangan perusahaan terbaru.
Penundaan pembayaran ini diambil setelah perusahaan mencatatkan rekor kerugian kuartal pertama yang dilaporkan oleh Wijaya Karya awal bulan ini.
Sebelumnya, emiten karya lain yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT) telah lebih dulu mengambil langkah yang sama untuk pinjaman bank dan obligasi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 4 Saham Konstruksi BUMN Karya Tiba-Tiba Bangkit, Ada Apa?