Analisis Teknikal

IHSG Siap Akhiri Merah 5 Hari Beruntun, Tapi Ada Barrier Ini

Putra, CNBC Indonesia
Senin, 05/06/2023 06:30 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,67% dalam pekan yang singkat pada periode 29-31 Mei, dengan turun 3 hari beruntun. Minggu lalu, IHSG libur dua hari memperingati Hari Lahir Pancasila (1 Juni) dan cuti bersama Waisak (2 Juni).

Mengakhiri perdagangan Mei tahun ini, IHSG ditutup di posisi 6633,26 atau turun 0,05%.Pelemahan tersebut memperpanjang derita IHSG yang mengalami koreksi beruntun sejak 25 Mei atau dalam lima hari perdagangan.

Posisi penutupan Rabu (31/5) juga menjadi yang terendah sejak 20 Maret tahun ini.


Ambruknya IHSG pada pekan lalu dan Mei disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian global akibat krisis plafon utang pemerintah Amerika Serikat (AS). Anjloknya harga batu bara juga ikut menekan IHSG bulan lalu.

Mulai Senin ini, 5 Juni 2023, ada peraturan baru mengenai Auto Rejection Bawah (ARB) 15%, dengan batas yang masih sama dengan ARA 35% untuk saham di kisaran harga Rp50-Rp200, 25% bagi saham di rentang Rp2.000-Rp5.000, dan 20% bagi saham dengan harga di atas Rp5.000 per lembar saham.

Seiring berlakunya ketentuan ARB 15%, investor perlu melakukan sejumlah persiapan dan strategi dalam berinvestasi dan trading. Terutama berlaku bagi investor yang baru masuk ke bursa saham di masa pandemi Covid-19 atau sejak berlakunya ARB 7%.

Dengan ketentuan ini biasanya market akan menjadi lebih agresif dan pasar akan lebih volatile karena penurunan tersebut bisa dimanfaatkan untuk momentum pembelian saat diskon besar. Yang dimana memang sejak awal ketentuan ARB sama dengan ketentuan besarnya ARA.

Selain itu, pada Senin (5/6/2023) adalah hari pengumuman Inflasi Indonesia periode Mei 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi Indonesia diproyeksi melandai sejalan dengan melemahnya permintaan usai Ramadan dan Lebaran. Namun, ada beberapa komoditas pangan yang harganya tetap melambung usai Lebaran.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Mei 2023 akan menembus 0,29% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi akan lebih tinggi dibandingkan pada April 2023 yang tercatat 0,33%.

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 4,20% pada Mei. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan pada April yang tercatat 4,33%.

Jika inflasi melandai ke 4,20% maka itu akan menjadi yang terendah sejak Mei 2022 atau setahun terakhir. Secara tahunan, inflasi akan melandai karena semakin berkurangnya dampak kenaikan harga BBM pada September tahun lalu.

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan melandai menjadi 2,8% (yoy pada Mei dari 2,83% (yoy) pada April 2023.

Sementara itu, inflasi Mei akan melandai sejalan dengan pola musimannya di mana harga barang biasanya akan terjun setelah Lebaran. Bahkan, tak jarang jika satu bulan setelah Lebaran biasanya terjadi deflasi. Sebagai catatan, Hari Raya Idul Fitri tahun ini jatuh pada 21/22 April.

Secara historis, inflasi pada Mei (mtm) biasanya meningkat setelah melandai pada April. Dalam lima tahun terakhir, inflasi Mei (mtm) mencapai 0,34%.

Selain itu, hari ini, S&P Global akan merilis Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Mei 2023.

Diketahui Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia periode April 2023 mengalami kenaikan sebesar 0,8 poin ke level 52,7. Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 lalu berada di angka 51,9.

Perbaikan kondisi bisnis ini ditopang oleh permintaan domestik yang terus menguat.

Kondisi ekspansi pada PMI manufaktur Indonesia tersebut sesuai dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April yang telah dirilis sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian. IKI di bulan keempat tahun ini menembus angka 51,38.

Dengan terlihatnya hasil PMI dan IKI yang berada di posisi ekspansi, artinya para pelaku industri dan investor di Indonesia tetap optimistis dan percaya diri dalam menjalankan usahanya. Selain itu, mereka punya keyakinan besar terhadap kondisi pasar yang semakin membaik, dengan didukung berbagai program dan kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Guna lebih memperkuat permintaan pasar domestik, Kemenperin fokus untuk mengoptimalkan program Peningatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), termasuk pada proses pengadaan barang dan jasa di pemerintah pusat dan daerah serta BUMN dan BUMD.

Analisis Teknikal

Foto: Refinitiv
Teknikal IHSG

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Rabu pekan lalu, IHSG membentuk candle dragonfly doji, yang bisa menjadi sinyal pembalikan arah. Namun, dragonfly doji juga terbentuk pada 29 Mei yang tidak diikuti dengan pembalikan ke zona hijau.

Jadi, IHSG masih akan perlu menguji support terdekat untuk menentukan arah selanjutnya.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun ke 35,91.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan mulai melebar.

Pada hari ini, IHSG berpotensi bergerak mixed dengan potensi menguat apabila sanggup menembus resistance terdekat di 6.637.

Namun, apabila turun di bawah 6.637, IHSG membuka peluang melanjutkan pelemahan dengan menguji support selanjutnya di level psikologis 6.600 dan 6.539.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat