
"Malapetaka" Ekonomi Lewat, Bursa Asia Pasifik Menanjak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham Asia menguat pada perdagangan Kamis (1/6/2023) setelah Amerika Serikat (AS) kemungkinan besar lepas dari "malapetaka" ekonomi. Kenaikan pagu utang kini tinggal menanti persetujuan dari Senat, DPR AS sudah lebih dulu menyetujuinya.
Indeks Nikkei dan Topix Jepang tercatat menguat 0,3% dan 0,46%, Hang Seng Hong Kong serta Shanghai Composite China naik 0,48% dan 0,14%. Indeks ASX 200 Australia naik 0,3% sementara Kospi turun 0,4%.
Sebelumnya perundingan kenaikan pagu utang Amerika Serikat yang sering buntu membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Maklum saja, jika tidak dinaikkan Negeri Paman Sam berisiko mengalami "kebangkrutan" atau gagal bayar (default) pertama dalam sejarah modern. Hal itu diprediksi akan memicu gejolak finansial hingga "malapetaka" ekonomi.
Bagaimana kekacauan ekonomi tersebut sudah dipetakan oleh Council of Economic Adviser (CEA) yang membagi menjadi tiga kemungkinan.
Pertama, ketika tidak terjadi default, tetapi nyaris. Dampaknya juga cukup buruk, akan ada Pemutusan Hubungan Kerja Massal (PHK) sebanyak 200 ribu orang pada kuartal III-2023, pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) terpangkas 0,3% dan tingkat pengangguran naik 0,1%.
Kedua, ketika terjadi default tapi hanya sebentar. PHK bisa mencapai 500 ribu orang, PDB terpangkas 0,6% dan tingkat pengangguran naik 0,3%.
Ketiga, default berlarut-larut. Ini yang paling parah, PHK bisa mencapai 8.3 juta orang pada kuartal III-2023, kemudian PDB mengalami kontraksi hingga 6,1%, dan tingkat pengangguran naik 5%.
Tidak hanya itu default yang berlarut-larut akan memberikan dampak yang lebih panjang. Berdasarkan proyeksi CEA, PHK massal bisa terjadi hingga kuartal I-2024, dan totalnya bisa mencapai 17 juta orang.
Dunia juga akan terkena dampaknya, sebab Amerika Serikat merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia. Perdagangan banyak melibatkannya, mata uang dolar AS juga paling banyak digunakan di dunia, begitu juga dengan surat utangnya (Treasury) paling banyak beredar.
Kini, dengan kenaikan pagu utang tinggal menunggu waktu, risiko besar tersebut tentunya bisa dihindari, dan disambut positif oleh pelaku pasar. Namun, sektor manufaktur China yang berkontraksi semakin dalam membuat penguatan bursa saham Asia Pasifik menjadi tertahan.
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah
