Market Commentary

4 Saham Big Cap Ini Topang IHSG, Batasi Koreksi Lebih Dalam

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 31/05/2023 12:52 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada akhir perdagangan sesi I Rabu (31/5/2023). Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,74% ke posisi 6.587,04. IHSG meninggalkan level psikologis 6.600 dan kembali menyentuh level psikologis 6.500.

Secara sektoral, sektor utilitas menjadi penahan koreksi IHSG terbesar pada sesi I hari ini, yakni sebesar 0,81%.


Selain itu, beberapa saham turut membantu IHSG sehingga koreksi indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut tidak terlalu dalam.

Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Telkom IndonesiaTLKM3,584.1500,73%
Bank Central AsiaBBCA3,449.3000,54%
Astra InternationalASII3,446.5751,15%
Bank Negara IndonesiaBBNI1,869.1251,11%

Sumber: Refinitiv

Saham emiten telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi penahan koreksi IHSG terbesar pada sesi I hari ini, yakni mencapai 3,6 indeks poin.

Selain saham TLKM, dua emiten perbankan raksasa juga dapat menahan koreksi IHSG agar tidak terlalu dalam koreksinya. Adapun kedua saham tersebut yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 3,4 indeks poin dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 1,9 indeks poin.

Masih lesunya data aktivitas manufaktur China pada periode Mei 2023 turut membebani IHSG pada hari ini.

Berdasarkan data dari NBS, manufaktur China yang tergambarkan pada Purchasing Managers Index (PMI) periode Mei 2023 turun menjadi 48,8, dari sebelumnya di angka 49,2 pada April lalu. Hal ini menandakan bahwa aktivitas manufaktur China telah melambat dua bulan beruntun.

Aktivitas manufaktur memiliki titik tengah di 50, di bawah angka tersebut yakni zona kontraksi. Sedangkan di atas level 50 adalah level ekspansi.

Hal ini tentunya menjadi sentimen negatif karena China adalah mitra dagang utama Indonesia. Sehingga jika aktivitas manufaktur China lesu akan berpengaruh terhadap ekspor dan impor barang.

Selain itu, investor juga cenderung menahan selera risikonya di tengah proyeksi bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) berencana menaikkan lagi suku bunga acuannya pada pertemuan edisi Juni 2023.

Berdasarkan perangkat Fedwatch, keyakinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga melonjak menjadi sebesar 68,8%. Jumlah ini berbanding dari pekan lalu di mana para pelaku pasar masih optimis The Fed tidak akan menaikkan suku bunga.

Semakin tinggi suku bunga, maka risiko Amerika Serikat mengalami resesi semakin besar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat