
Harga Emas Dunia Lagi Cerah, Kok Sahamnya di RI Kompak Turun?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan emas di Indonesia terpantau berjatuhan pada perdagangan sesi I Rabu (31/5/2023), meski harga emas acuan dunia terpantau menguat.
Ketujuh saham emas terpantau melemah, dengan empat saham sudah terkoreksi lebih dari 1% dan tiga saham terkoreksi kurang dari 1%.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Wilton Makmur Indonesia | SQMI | 56 | -3,45% |
Bumi Resources Minerals | BRMS | 118 | -2,48% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 2.900 | -2,03% |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 88 | -1,12% |
Hartadinata Abadi | HRTA | 402 | -0,99% |
Aneka Tambang | ANTM | 1.925 | -0,77% |
Archi Indonesia | ARCI | 328 | -0,61% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 11:15 WIB, saham PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) memimpin koreksi saham pertambangan emas di RI pada pagi hari ini, yakni ambles 3,45% ke posisi Rp 56/saham.
Sedangkan untuk saham raksasa pertambangan emas RI yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga terkoreksi masing-masing 2,03% dan 0,77%.
Koreksinya saham emas RI terjadi meski harga emas dunia terpantau positif. Harga emas menguat kemarin karena pasar meyakini pemungutan suara mengenai kenaikan plafon utang pemerintah Amerika Serikat (AS) tak akan berjalan mulus.
Pada perdagangan Selasa kemarin, harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,84% di posisi US$ 1.959,14 per troy ons.
Penguatan kemarin berbanding terbalik dengan hari sebelumnya di mana emas melemah 0,18%.
Namun, harga emas sedikit melemah pada pagi hari ini. Per pukul 06:18 WIB, harga emas dibanderol US$ 1.958,59 per troy ons, melemah tipis 0,03%.
Emas menguat kemarin karena pasar melihat pemungutan suara mengenai kenaikan plafon utang pemerintah AS akan alot.
Seperti diketahui, kongres AS akan menggelar pemungutan suara pada hari ini dan diperkirakan selesai pada Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Presiden AS, Joe Biden dan Partai Republik memang dikabarkan pada prinsipnya telah sepakat untuk menaikkan plafon utang dan batas pengeluaran negara agar mencegah terjadinya default (gagal bayar).
Namun, apapun bisa terjadi pada pemungutan suara mengingat ketatnya kursi Kongres AS. Partai Republik menguasai 222 kursi di Kongres AS sementara Partai Demokrat sebanyak 213 kursi.
Sekitar 20 perwakilan Partai Republik, kemarin, secara terang-terangan menentang kenaikan plafon utang.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengingatkan plafon utang sudah harus disepakati paling terlambat 5 Juni atau Senin pekan depan untuk menghindari AS dari gagal bayar.
"Ketegangan" dan ketidakpastian menjelang pemungutan suara inilah yang menguntungkan emas.
Emas adalah aset aman yang dicari di saat ketidakpastian meningkat.
Selain ketegangan di Kongres AS, emas juga menguat karena dolar tumbang kemarin.
Tak hanya itu, kekhawatiran pasar akan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di pertemuan berikutnya juga membuat emas kembali bertenaga.
Pasar bertaruh 68,8% jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini.
Jika The Fed masih melanjutkan kebijakan hawkish-nya maka emas bisa melemah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Masih Perkasa, Tapi Kok 6 Sahamnya di RI Loyo?