Market Commentary

Harga Emas Masih Perkasa, Tapi Kok 6 Sahamnya di RI Loyo?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 April 2023 10:13
emas
Foto: Dok Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan emas di Indonesia secara mayoritas terkoreksi pada perdagangan sesi I Kamis (6/4/2023), meski harga emas acuan dunia kembali melesat.

Hingga pukul 09:56 WIB, dari enam saham emiten pertambangan emas RI, tiga saham sudah terkoreksi lebih dari 1%, dua saham cenderung stagnan, dan satu saham terpantau menguat.

Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
J Resources Asia PasifikPSAB103-5,50%
Wilton Makmur IndonesiaSQMI65-1,52%
Archi IndonesiaARCI360-1,10%
Bumi Resources MineralsBRMS1710,00%
Merdeka Copper GoldMDKA4.1900,00%
Aneka TambangANTM2.1100,48%

Sumber: RTI

Saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) yang sebelumnya sempat melejit hingga lebih dari 17% dan juga sempat menyentuh auto reject atas (ARA) kemarin, pada pagi hari ini menjadi yang paling parah koreksinya, yakni sebesar 5,5% ke posisi harga Rp 103/saham.

Sedangkan untuk saham pertambangan emas raksasa yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terpantau menguat 0,48% ke Rp 2.110/saham dan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) cenderung stagnan di harga Rp 4.190/saham.

Harga emas masih berlari kencang menyambut semakin melandainya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

Pada penutupan perdagangan Rabu kemarin, emas ditutup di posisi US$ 2.020,35 per troy ons. Harga sang logam mulia naik tipis 0,02%.

Kenaikan tipis itu sudah mampu membawa emas kepada rekor yang luar biasa.

Kenaikan tipis itu juga mempertahankan emas dalam level psikologis US$ 2.000 per troy ons. Sebagai catatan, emas mulai masuk kembali ke level tersebut setelah melonjak 1,81% pada Selasa lalu.

Lonjakan harga sekaligus membawa emas ke level US$ 2.000 untuk pertama kalinya sejak 8 Maret 2022 atau 12 bulan terakhir.

Harga emas juga masih menguat pada pagi hari ini. Per pukul 06:42 WIB, harga emas naik tipis 0,013% di posisi US$ 2.020,62 per troy ons.

Kenaikan emas kemarin dan hari ini merupakan imbas positif dari terus melandainya data tenaga kerja AS.

Data tenaga kerja yang keluar pada Rabu malam waktu Indonesia menunjukkan jika tambahan pekerja baru atau penciptaan lapangan kerja di sektor swasta di AS hanya bertambah 145.000 pada Maret 2023.

Jumlah tersebut turun dari 261.000 pada Februari 2203 serta jauh di bawah ekspektasi pasar yang berkisar 210.000.

Data tersebut keluar hanya berselang sehari setelah laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta.

Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.

Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta dalam dua tahun terakhir. Jumlah lapangan kerja baru juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 10,4 juta.

Anjloknya lapangan kerja baru di AS tentu saja menjadi kabar baik bagi emas.

Lapangan kerja yang turun menjadi sinyal melandainya inflasi. Sebelumnya, inflasi AS dan indeks harga produsen ataupun indeks pengeluaran pribadi warga AS juga melandai.

Data-data tersebut menjadi sinyal ada pelemahan ekonomi AS. Artinya, ada peluang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk melunak.

Ekspektasi pasar kini menunjukkan 40% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan Mei mendatang. Sebanyak 60% atau mayoritas melihat The Fed akan menahan suku bunga

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Masih Loyo, Tapi Kok Sahamnya di RI Malah Ngacir?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular