Gegara China, Rupiah Melemah 5 Hari Beruntun

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
30 May 2023 15:08
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga perdagangan Selasa (30/5/2023), rupiah lagi-lagi ditutup melemah 0,11% menjadi Rp14.980/US$ di pasar spot, dengan demikian sudah melemah lima hari beruntun. Sepanjang Mei, Mata Uang Garuda sudah merosot 2,15%. 

Pelemahan terjadi sejalan dengan pembahasan pagu utang Amerika Serikat (AS) yang menjadi perhatian pasar, kabar baiknya Presiden Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy sepakat untuk menaikkan pagu utang. Kini investor sedang menanti persetujuan dari kongres, sehingga pagu utang AS resmi naik.

Di sisi lain, pelaku pasar juga memperhatikan kondisi manufaktur China yang masih bertahan di level kontraksi, nampak dari Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur yang akan rilis besok Rabu (31/5/2023) dengan proyeksi masih di bawah angka 50.

Walaupun begitu, Bank Indonesia (BI) optimis stabilitas rupiah tetap terjaga berkat surplus transaksi berjalan dan ekspor yang kuat. Selain itu, aliran dana dari asing masih akan berlanjut sejalan dengan prospek ekonomi yang masih tumbuh positif dengan inflasi yang rendah dan prospek imbal hasil yang menarik.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Mei 2023, Perry Wajiyo selaku Gubernur BI menyampaikan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih akan tumbuh dalam rentang 4,5% - 5,3%.

Selain itu, dalam rapat tersebut BI juga memutuskan suku bunga ditahan untuk yang keempat kalinya sejalan dengan inflasi inti yang berada di posisi 2,83% pada April 2023, sesuai dengan target BI di 3% +/- 1%.

Sebagai informasi, untuk inflasi IHK hingga April 2023 masih berada di posisi 4,33%, BI yakin inflasi ini bisa turun sesuai target pada semester 2/2023 mendatang.

Perlu diketahui juga, dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah BI telah menerbitkan time deposit valas dengan imbal hasil atraktif mulai 5,10% sampai dengan 5,50% dengan tenor penyimpanan bervariasi mulai satu bulan hingga enam bulan.

Harapannya, instrumen baru tersebut dapat menyimpan devisa hasil ekspor lebih lama di dalam negeri agar cadangan devisa tetap kuat dan stabilitas nilai tukar rupiah terus berlanjut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular