Ekonomi China Lesu, Harga Batu Bara Diramal Makin Layu

mae, CNBC Indonesia
Senin, 29/05/2023 06:45 WIB
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

.Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara makin terpuruk pada pekan lalu. Harga pasir hitam juga diramal masih sulit menggeliat karena ekonomi China sebagai mesin utama penggerak harga masih lesu.

Ambruknya harga gas juga menjadi alasan lain mengapa harga batu bara akan sulit naik pekan ini. Jikalaupun naik maka angkanya tidak akan melonjak drastis.

Dilansir dari Reuters, profit keuntungan perusahaan China jatuh 20,6% (year on year/yoy) pada Januari-April 2023. Jatuhnya profit salah satunya karena masih lemahnya permintaan dari dalam negeri serta permintaan ekspor.


Pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat mempengaruhi permintaan ekspor China, termasuk dari industri baja.

Hanya sepertiga perusahaan peleburan baja yang masih untung.

Padahal, industri baja adalah salah satu penggerak penting dari harga batu bara mengingat batu bara kokas menjadi salah satu bahan utamanya.

Harga baja yang digunakan untuk konstruksi jatuh ke level terendahnya dalam tiga tahun terakhir pada pekan lalu.

"Harga baja sepertinya masih akan turun pada bulan depan karena permintaan yang lebih rendah. Pemulihan permintaan sangat lambar," tutur produsen baja raksasa China, Baowu Steel Group, dikutip dari Reuters.

Impor batu bara China sebenarnya melonjak 88,8% pada Januari-April 2023 menjadi 140 juta ton. Namun, lonjakan impor diprediksi sulit terulang karena produksi dalam negeri yang terus meningkat serta aktivitas industri yang masih lambat.

Cuaca di sejumlah wilayah China juga diperkirakan tidak akan sepanas pada musim panas lalu sehingga penggunaan listrik akan berkurang.

Produksi batu bara China naik 4,5% menjadi 380 juta ton pada April 2023. Secara kumulatif, Produksi batu bara China melonjak 4,8% pada Januari-April 2023 menjadi 1,53 miliar ton.

Permintaan dari Eropa juga diprediksi akan terus menurun sejalan dengan melemahnya harga gas serta tingginya produksi listrik dari pembangkit tenaga angin.

Permintaan listrik Prancis diperkirakan turun 6,1 gigawatt (GW) menjadi 35 GW sementara di Jerman akan turun 3,7 GW menjadi 42,3 GW pada pekan ini.

Harga gas sendiri ambruk 18% sepekan dan 37% sebulan pada pekan lalu.

Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya akan saling memperngaruhi.

Murahnya harga gas serta lemahnya permintaan batu bara bahkan membuat trader batu bara mulai berencana untuk mengobral batu bara yang sudah mereka stok kepada penjual Asia.

S&P Global Commodity Insights melaporkan trader Eropa mulai berencana mengobral batu bara kepada pembeli di kawasan Asia. Pasalnya, permintaan dari kawasan tersebut anjlok sementara di sisi lain cadangan menumpuk dan harus segera dikeluarkan.

Kelebihan pasokan di Eropa diperkirakan mencapai 20 juta ton. Pasokan ini diharapkan berkurang dalam lima bulan ke depan sehingga harganya bisa kembali naik.

Pasokan batu bara di pelabuhan ARA (Amsterdam, Rotterdam, Antwerp) kini mencapai 6 juta ton. Stok ini bisa menutupi kebutuhan batu bara pada pembangkit Jerman hingga 218 hari mendatang.

Analis sebenarnya memperkirakan jika harga batu bara masih bisa bertahan US$ 175-212 ton per tahun tahun ini kendati harganya tengah jeblok.

Namun, semuanya akan tergantung perkembangan dari China dan India sebagai konsumen terbesar batu bara dunia.

"Ke depan, apa yang terjadi dengan China dan India akan menentukan harga energi karena permintaan memang akan datang dari sana," tutur July Ndlovu, Ketua World Coal Association (WCA) dan chief executive of South Africa's Thungela Resources, kepada Reuters.

Dia menambahkan jika ekonomi China tidak mampu pulih secepat harapan maka harga batu bara akan semakin ambruk.

"Harga akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana China menentukan kebijakan energinya," imbuh Ndlovu.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (26/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 140,65 per ton. Harganya menguat tipis 0,11%.

Penguatan ini menjadi kabar baik setelah pasir hitam ambruk pada empat hari perdagangan sebelumnya.

Kendati menguat kemarin, harga batu bara jeblok 11,74% sepekan. Artinya harga batu bara sudah melemah dalam lima pekan beruntun.

Penurunan 11,74% juga menjadi yang terburuk sejak 3 Februari 2023 atau 16 pekan terakhir. Harga penutupan pada Jumat kemarin juga berada di level terendahnya sejak awal November 2021 atau 29 bulan terakhir.

Bila dihitung sejak awal tahun maka harga batu bara sudah ambles 63,9%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcidonesia.com


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Emiten Batu Bara Amankan Ekspor Saat Harga Mendingin