Hati-hati Shopee & Lazada! TikTok Mau Jajah Asia Tenggara
Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi ekspansi agresif ala TikTok Shop di kawasan Asia Tenggara bisa mengancam pemain e-commerce raksasa seperti Shopee besutan Sea Group dan Lazada milik Alibaba.
Melansir CNBC International, Kamis (25/5), langkah tersebut beriringan dengan sang induk, ByteDance, yang mencoba menjajal pasar di luar Amerika Serikat (AS) dan India sebagai lumbung pendapatan alternatif untuk perusahaan.
Sebagai informasi, TikTok Shop adalah e-commerce marketplace dari aplikasi video pendek TikTok. TikTok sendiri dimiliki oleh perusahaan teknologi asal China, ByteDance.
Aplikasi e-commerce TikTok ini memungkinkan para penjual, brand, dan content creator untuk memamerkan dan menjual produk mereka kepada pengguna.
Pada 2022, TikTok Shop melakukan ekspansi ke 6 negara di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
"TikTok terus berkembang pesat di negara-negara Asia Tenggara. Kami memperkirakan bahwa Gross Merchandise Value/GMV TikTok tahun 2023 akan mencapai sekitar 20% dari Shopee, yang kami anggap menjadi alasan Shopee meningkatkan penjualan dan pemasaran sejak April," kata Shawn Yang, analis dari Blue Lotus Research Institute, dalam laporan terbaru mengenai Sea Group, dikutip CNBC Internasional, Kamis (25/5).
Berdasarkan data internal yang diperoleh oleh media teknologi The Information, GMV TikTok Shop, yaitu total nilai barang yang terjual, melonjak lebih dari empat kali lipat menjadi US$4,4 miliar di Asia Tenggara pada 2022.
TikTok Shop dilaporkan menargetkan GMV sebesar $12 miliar pada 2023.
Sejatinya, GMV TikTok Shop saat ini hanya merupakan sebagian kecil dari GMV Shopee dan Lazada.
Berdasarkan data yang tersedia, GMV Shopee mencapai US$73,5 miliar pada 2022, sedangkan GMV Lazada mencapai US$21 miliar hingga September 2021.
Ancaman untuk Raksasa
Juru bicara TikTok mengatakan kepada CNBC International, TikTok Shop "terus berkembang pesat" karena pengguna besar dan kecil menggunakan platform tersebut untuk mencapai pelanggan baru. TikTok berfokus pada pengembangan berkelanjutan TikTok Shop di Asia Tenggara.
Menurut perusahaan riset pasar Insider Intelligence, hingga Mei, jumlah pengguna TikTok di Asia Tenggara saja mencapai 135 juta.
Menurut Statista, Indonesia memiliki jumlah pengguna TikTok terbesar kedua setelah AS.
Secara demografi, Indonesia, sebagai negara terpadat di Asia Tenggata, sebanyak 52% penduduknya adalah kaum muda, dan memiliki sekitar 113 juta pengguna TikTok.
"Impulse buying [pembelian impulsif] dari menonton konten adalah keunggulan yang dimiliki TikTok," kata Sachin Mittal, kepala riset sektor telekomunikasi dan internet di DBS Bank, kepada CNBC International.
Sea Group mengandalkan divisi e-commerce-nya, Shopee, untuk meningkatkan laporan keuangan grup tersebut, sedangkan divisi gaming-nya, Garena, terus mengalami penurunan pendapatan karena kurangnya game yang moncer dan larangan berlanjut terhadap game andalannya, Free Fire, di India karena ancaman keamanan nasional.
Shopee sedang memperluas pasar di Malaysia dan terus memperkuat operasinya di Brasil setelah keluar dari beberapa pasar Eropa dan Amerika Latin.
Sementara, TikTok sedang melakukan aksi 'bakar uang' besar-besaran saat ini sebagai insentif untuk menarik pembeli dan penjual di TikTok Shop.
Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan riset ritel online Cube Asia, konsumen yang berbelanja di TikTok Shop mengurangi pengeluaran mereka di Shopee (-51%), Lazada (-45%), Offline (-38%) di Indonesia, Thailand, dan Filipina.
Data dari perusahaan analitik web Similarweb mengungkapkan, saat ini Shopee adalah pasar online terbesar di Asia Tenggara, dengan pangsa traffic antara 30% hingga 50% di wilayah tersebut dalam tiga bulan terakhir.
Sedangkan, Lazada menempati posisi kedua dengan pangsa traffic antara 10% hingga 30%.
(mkh/mkh)