Hati-hati Shopee & Lazada! TikTok Mau Jajah Asia Tenggara

Putra, CNBC Indonesia
26 May 2023 12:55
Cara Belanja di TikTok Shop
Foto: Screenshoot TikTok

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi ekspansi agresif ala TikTok Shop di kawasan Asia Tenggara bisa mengancam pemain e-commerce raksasa seperti Shopee besutan Sea Group dan Lazada milik Alibaba.

Melansir CNBC International, Kamis (25/5), langkah tersebut beriringan dengan sang induk, ByteDance, yang mencoba menjajal pasar di luar Amerika Serikat (AS) dan India sebagai lumbung pendapatan alternatif untuk perusahaan.

Sebagai informasi, TikTok Shop adalah e-commerce marketplace dari aplikasi video pendek TikTok. TikTok sendiri dimiliki oleh perusahaan teknologi asal China, ByteDance.

Aplikasi e-commerce TikTok ini memungkinkan para penjual, brand, dan content creator untuk memamerkan dan menjual produk mereka kepada pengguna.

Pada 2022, TikTok Shop melakukan ekspansi ke 6 negara di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
"TikTok terus berkembang pesat di negara-negara Asia Tenggara. Kami memperkirakan bahwa Gross Merchandise Value/GMV TikTok tahun 2023 akan mencapai sekitar 20% dari Shopee, yang kami anggap menjadi alasan Shopee meningkatkan penjualan dan pemasaran sejak April," kata Shawn Yang, analis dari Blue Lotus Research Institute, dalam laporan terbaru mengenai Sea Group, dikutip CNBC Internasional, Kamis (25/5).

Berdasarkan data internal yang diperoleh oleh media teknologi The Information, GMV TikTok Shop, yaitu total nilai barang yang terjual, melonjak lebih dari empat kali lipat menjadi US$4,4 miliar di Asia Tenggara pada 2022.

TikTok Shop dilaporkan menargetkan GMV sebesar $12 miliar pada 2023.

Sejatinya, GMV TikTok Shop saat ini hanya merupakan sebagian kecil dari GMV Shopee dan Lazada.
Berdasarkan data yang tersedia, GMV Shopee mencapai US$73,5 miliar pada 2022, sedangkan GMV Lazada mencapai US$21 miliar hingga September 2021.

Ancaman untuk Raksasa

Juru bicara TikTok mengatakan kepada CNBC International, TikTok Shop "terus berkembang pesat" karena pengguna besar dan kecil menggunakan platform tersebut untuk mencapai pelanggan baru. TikTok berfokus pada pengembangan berkelanjutan TikTok Shop di Asia Tenggara.

Menurut perusahaan riset pasar Insider Intelligence, hingga Mei, jumlah pengguna TikTok di Asia Tenggara saja mencapai 135 juta.
Menurut Statista, Indonesia memiliki jumlah pengguna TikTok terbesar kedua setelah AS.

Secara demografi, Indonesia, sebagai negara terpadat di Asia Tenggata, sebanyak 52% penduduknya adalah kaum muda, dan memiliki sekitar 113 juta pengguna TikTok.

"Impulse buying [pembelian impulsif] dari menonton konten adalah keunggulan yang dimiliki TikTok," kata Sachin Mittal, kepala riset sektor telekomunikasi dan internet di DBS Bank, kepada CNBC International.

Sea Group mengandalkan divisi e-commerce-nya, Shopee, untuk meningkatkan laporan keuangan grup tersebut, sedangkan divisi gaming-nya, Garena, terus mengalami penurunan pendapatan karena kurangnya game yang moncer dan larangan berlanjut terhadap game andalannya, Free Fire, di India karena ancaman keamanan nasional.

Shopee sedang memperluas pasar di Malaysia dan terus memperkuat operasinya di Brasil setelah keluar dari beberapa pasar Eropa dan Amerika Latin.
Sementara, TikTok sedang melakukan aksi 'bakar uang' besar-besaran saat ini sebagai insentif untuk menarik pembeli dan penjual di TikTok Shop.

Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan riset ritel online Cube Asia, konsumen yang berbelanja di TikTok Shop mengurangi pengeluaran mereka di Shopee (-51%), Lazada (-45%), Offline (-38%) di Indonesia, Thailand, dan Filipina.

Data dari perusahaan analitik web Similarweb mengungkapkan, saat ini Shopee adalah pasar online terbesar di Asia Tenggara, dengan pangsa traffic antara 30% hingga 50% di wilayah tersebut dalam tiga bulan terakhir.

Sedangkan, Lazada menempati posisi kedua dengan pangsa traffic antara 10% hingga 30%.

TikTok mengeluarkan uang secara besar-besaran alias bakar uang demi mengejar pertumbuhan, strategi yang teruji historis untuk memenangkan pangsa pasar.

"TikTok sedang menghabiskan jumlah uang yang luar biasa saat ini untuk insentif untuk menarik pembeli dan penjual, yang mungkin tidak bertahan lama," kata Jonathan Woo, analis senior di Phillip Securities Research.

Woo memperkirakan insentif tersebut menghabiskan US$ 600 juta hingga US$ 800 juta per tahun, atau sekitar 6% hingga 8% dari total GMV US$ 10 miliar pada 2023.

Untuk mendorong para penjual bergabung dengan platform, TikTok Shop menghapus biaya komisi saat diluncurkan di Singapura pada Agustus. Jadi penjual atau seller hanya perlu membayar biaya pembayaran sebesar 1%.

Data dari Apptopia, perusahaan analitik aplikasi, menunjukkan bahwa jumlah unduhan aplikasi TikTok Shop Seller Center semakin meningkat selama setahun terakhir.

Sementara itu, Shopee mengenakan biaya komisi, transaksi, dan layanan lebih dari 5%.
Pengecekan lapangan oleh CNBC International mengungkapkan bahwa tisu toilet empat lapis dari Nomieo dijual di TikTok dengan harga 5,80 dolar

Singapura untuk dua puluh tujuh rol. Dalam perbandingan, barang yang sama dijual sekitar 16,80 dolar Singapura di Shopee.

Woo mencatat bahwa TikTok Shop masih "sangat muda" dan berada dalam fase "bakar uang untuk tumbuh" yang mungkin tidak cocok dengan pasar saat ini mengingat biaya pendanaan (cost of funding) yang tinggi.

TikTok Shop juga "hanya merupakan platform tanpa kemampuan end-to-end" seperti Shopee dan Lazada yang telah berinvestasi secara besar-besaran dalam meningkatkan logistik untuk pengiriman dan pengembalian barang yang lebih cepat, meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan, dan membangun kepercayaan bagi penjual dan pembeli, kata Woo.

Woo bilang, TikTok Shop juga memiliki pangsa pengguna yang lebih kecil pada saat ini dengan demografi yang lebih muda, yang berarti kemampuan pengeluaran yang lebih rendah.

"Saya tidak berpikir ada risiko besar bagi Shopee dari TikTok," kata Mittal. "Shopee bisa kehilangan sebagian pangsa pasar, tetapi Lazada tidak bisa," imbuhnya.

Lazada sendiri terus mencoba mengejar Shopee sejak Shopee mengungguli perusahaan tersebut sebagai platform e-commerce terbesar di Asia Tenggara pada 2020.

"Secara keseluruhan, saya pikir TikTok Shop memiliki potensi untuk menjadi sebesar Shopee atau Lazada, meskipun mungkin dibutuhkan waktu yang cukup lama," kata Woo.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular