
Harga Minyak Lagi Cerah, Sahamnya di RI Ikut Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten minyak bumi terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Senin (22/5/2023), di tengah cerahnya harga minyak mentah dunia meski kelompok G-7 melihat dampak kebijakan price cap terhadap minyak Rusia tidak berdampak kepada pasokan global.
Tujuh saham pertambangan minyak dan pendukungnya terpantau menguat, dengan tiga saham sudah menguat lebih dari 1%, sedangkan empat sisanya menguat kurang dari 1%.
Berikut pergerakan saham emiten minyak bumi pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Medco Energi Internasional | MEDC | 905 | 3,43% |
Astrindo Nusantara Infrastruktur | BIPI | 143 | 1,42% |
Apexindo Pratama Duta | APEX | 145 | 1,40% |
Energi Mega Persada | ENRG | 206 | 0,98% |
Surya Esa Perkasa | ESSA | 560 | 0,90% |
Radiant Utama Interinsco | RUIS | 183 | 0,55% |
AKR Corporindo | AKRA | 1.350 | 0,37% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 10:39 WIB, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) memimpin penguatan saham minyak bumi pada sesi I hari ini, yakni melonjak 3,43% ke posisi harga Rp 905/saham.
Sedangkan untuk saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menjadi saham yang paling minor penguatannya yakni menguat 0,37% menjadi Rp 1.350/saham.
Harga minyak menguat pada awal perdagangan Senin, setelah terkoreksi pada perdagangan sebelumnya.
Harga minyak mentah Brent menguat 0,25% ke posisi US$ 75,78 per barel, sedangkan harga minyak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 0,35% ke posisi US$ 71,94 per barel.
Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga minyak Brent ditutup melemah 0,5% ke US$ 75,59 per barel, sedangkan minyak WTI ditutup terkoreksi 0,24% ke posisi US$ 71,69 per barel.
Harga minyak tetap menguat meski kelompok G-7 melihat dampak kebijakan price cap terhadap minyak Rusia tidak berdampak kepada pasokan global.
Seperti diketahui, kelompok negara kaya G-7, Uni Eropa, dan Australia sepakat untuk mengenakan batas harga sebesar US$ 60 per barel pada minyak mentah lintas laut Rusia dan juga menetapkan batas harga atas produk minyak Rusia.
Langkah ini diambil untuk menekan pendapatan Moskow sekaligus bentuk keberatan mereka atas perang Rusia ke Ukraina. Di sisi lain, kelompok G-7 tetap berupaya agar sanksi kepada Rusia tidak mempengaruhi pasokan energi global.
Badan Energi Internasional (Energy International Agency/EIA) menyebut jika pendapatan minyak Rusia sudah anjlok 43% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Maret 2023.
EIA tidak memperkirakan langkah-langkah yang diambil oleh Kelompok G-7 terhadap minyak Rusia bisa mengubah situasi pasokan minyak mentah dan produk minyak.
"Perubahan yang signifikan di pasar akan tercermin dari analisis kami atau laporan kami. Sejauh ini kami tidak melihat ada dampak atau alasan lain yang bisa mengubah analisis kami," tutur Direktur Eksekutif EIA, Fatih Birol, dikutip dari Reuters.
Dari sisi China, impor minyak mentah China dari Rusia naik 8,6% pada April 2023 (yoy). Kenaikan disebabkan kilang swasta yang lebih besar serta pembelian bahan bakar dengan harga diskon.
Pengiriman dari Rusia termasuk pengiriman lewat laut dan pasokan melalui pipa berjumlah 7,1 juta ton atau 1,73 juta barel per hari (bpd), menurut data bea cukai yang dirilis pada hari Sabtu (20/5/2023).
Pengiriman April 2023 jauh di bawah rekor 2,26 juta barel per hari seperti yang perah tercatat pada Maret 2023. Impor minyak mentah China secara keseluruhan bulan lalu membukukan penurunan 16% dari Maret lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesta Usai! Harga Minyak Mentah Dunia Longsor Nyaris 1%
