
Harga Minyak Brent Anjlok ke US$ 85/Barel, WTI US$ 81,89/Barel.

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) naik tipis didukung oleh perkiraan defisit pasokan yang berasal dari puncak konsumsi bahan bakar saat musim panas dan pemotongan OPEC+ pada kuartal ketiga, meskipun hambatan ekonomi global dan peningkatan produksi non-OPEC+ membatasi kenaikan.
Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Senin (1/7/2024) pukul 09.23 WIB harga minyak mentah acuan Brent tercatat US$85,35 per barel, anjlok 1,24% dibandingkan posisi penutupan sebelumnya. Sementara acuan AS West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,43% ke US$81,89 per barel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ memperpanjang sebagian besar pengurangan produksi minyaknya dengan baik. memasuki tahun 2025.
Hal ini menyebabkan para analis memperkirakan defisit pasokan pada kuartal ketiga karena permintaan transportasi dan pendingin ruangan selama musim panas mengurangi stok bahan bakar.
Harapan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan meningkatnya kekhawatiran geopolitik di Eropa dan antara Israel dan Hizbullah Lebanon juga menjaga harga tetap rendah, kata analis IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan.
Reli WTI baru-baru ini mungkin akan berlanjut hingga $85 per barel jika harga tetap di atas rata-rata pergerakan 200 hari di $79,52, katanya.
Di AS, produksi dan permintaan minyak naik ke level tertinggi dalam empat bulan di bulan April, menurut laporan Bulanan Pasokan Minyak dari Badan Informasi Energi (EIA) yang diterbitkan pada hari Jumat.
Para pedagang mewaspadai dampak badai terhadap produksi dan konsumsi minyak dan gas di Amerika.
Musim badai Atlantik dimulai dengan Badai Beryl pada Minggu. Beryl, badai Kategori 4 paling awal yang pernah tercatat, mengarah ke Kepulauan Windward di Karibia dan diperkirakan akan membawa angin yang mengancam jiwa dan banjir bandang pada Senin, kata Pusat Badai Nasional AS.
Di Tiongkok, data manufaktur terbaru tidak memberikan pertanda baik bagi permintaan minyak di negara konsumen dan importir minyak mentah terbesar kedua di dunia.
Aktivitas manufaktur China turun untuk bulan kedua pada bulan Juni sementara aktivitas jasa merosot ke level terendah dalam lima bulan, sebuah survei resmi menunjukkan pada Minggu, menjaga seruan untuk stimulus lebih lanjut tetap hidup ketika perekonomian sedang berjuang untuk bangkit kembali.
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesta Usai! Harga Minyak Mentah Dunia Longsor Nyaris 1%