AS Galau Soal Suku Bunga, Wall Street Malah Menguat

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
19 May 2023 22:30
FILE -In this June 16, 2020 file photo, a sign for a Wall Street building is shown in New York. Earnings reporting season is about to get underway for big companies, and the forecasts are grim. Wall Street expects S&P 500 companies to report profits plunged by the most since the depths of the Great Recession during the second quarter. Earnings reports tend to matter deeply to investors because stock prices track the path of earnings over the long term.   (AP Photo/Mark Lennihan, File)
Foto: Wall Street (AP/Mark Lennihan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka menguat pada perdagangan Jumat (19/5/2023) waktu setempat. Menguatnya pergerakan pasar AS hari ini didorong optimisme tentang kesepakatan untuk menghindari bencana gagal bayar utang AS (default) yang dapat tercapai selama akhir pekan.

Indeks Dow Jones menguat 0,14% ke posisi 33.582,95, S&P 500 menguat 0,21% ke posisi 4.207, Nasdaq juga ikut menguat 0,16% ke posisi 12.709,46.

Kenaikan bursa saham AS karena pelaku pasar di Wall Street terus memantau situasi seputar plafon utang, dan para pelaku pasar tampaknya akan mengakhiri perdagangan minggu ini dengan solid.

Ketua DPR Kevin McCarthy pada hari Kamis tampaknya menunjukkan kemungkinan kesepakatan bisa terjadi paling cepat minggu depan.

"Ada beberapa ketidakpastian tentang kapan pemerintah tidak akan dapat memenuhi kewajibannya dalam hal kehabisan dana, sehingga menimbulkan beberapa ketidakpastian," ucap Yung-Yu Ma, Kepala Strategi Investasi di BMO Wealth Management.

Di tempat lain, Presiden Federal Reserve New York John Williams pada hari Jumat mengatakan "era suku bunga sangat rendah" belum berakhir, bahkan dengan upaya untuk membatasi inflasi.

Pejabat bank sentral AS lainnya mulai memikirkan apakah akan membuat keputusan untuk penghentian perpanjangan kenaikan suku bunga yang agresif untuk memberi ekonomi ruang bernapas, dengan lebih banyak kenaikan biaya pinjaman jika inflasi tidak menurun.

Kemungkinan The Fed kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan 13-14 Juni dan namun beberapa pejabat justru tidak setuju dengan menaikkan suku bunga kembali, tidak ada jaminan yang jelas dari bank sentral dimana para pejabatnya mulai berbeda pendapat tentang apa yang harusnya terjadi.

Pada hari Jumat, Ketua Fed Jerome Powell berbicara pada panel kebijakan moneter di konferensi penelitian staf bank sentral AS di Washington.

The Fed tidak mungkin menaikkan suku bunga jika kebuntuan politik atas pagu utang federal AS masih belum terselesaikan. Jika akibatnya adalah gagal bayar utang AS yang sebenarnya, bank sentral bahkan dapat didorong ke langkah darurat untuk meringankan beban ekonomi.

Meski begitu, Powell dapat memberikan beberapa definisi ke dalam diskusi yang semakin 'abu-abu', setelah lebih dari satu tahun konsensus yang kuat seputar perlunya menaikkan suku bunga acuan dengan cepat untuk memperlambat serangan inflasi.

Minggu ini, para pembuat kebijakan Fed menyerukan jeda kenaikan suku bunga, sementara yang lain justru mendorong lebih banyak kenaikan.

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa dia "cenderung" untuk mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan Juni, bahkan keputusan itu tidak akan banyak bicara tentang masa depan.

"Ada banyak ketidakpastian di dunia. Kita hanya perlu melihat bagaimana keadaan berjalan dan memahami sinyal apa yang sebenarnya, dan itu akan menjadi hal luar biasa dari minggu ke minggu," ucap Bostic.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Optimis Amerika Tidak Akan Gagal Bayar, Wall Street Bergairah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular