Gagal Happy Weekend, Bursa Asia Berakhir Loyo, Kecuali Nikkei
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik berakhir terkoreksi pada perdagangan Jumat (12/5/2023), di mana investor masih mencerna data inflasi terbaru di Amerika Serikat (AS) dan China.
Hanya Indeks Nikkei 225 Jepang dan ASX 200 Australia yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Nikkei ditutup melesat 0,9% ke 29.388,3, sedangkan ASX 200 naik tipis 0,07% menjadi 7.256,7.
Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,59% ke 19.627,24, Shanghai Composite China ambles 1,12% ke 3.272,36, Straits Times Singapura terkoreksi 0,65% ke 3.208,55, KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,63% ke 2.475,42, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terdepresiasi 0,71% menjadi 6.707,76.
Inflasi China yang terbilang rendah masih akan menjadi perhatian pasar di Asia-Pasifik pada hari ini dan mereka khawatir bahwa negara raksasa ekonomi kedua di dunia ini bisa mengalami "lost decade" atau "dasawarsa yang hilang" seperti Jepang 30 tahun yang lalu.
Sebelumnya kemarin, data dari pemerintah China menunjukkan inflasi pada bulan lalu turun ke 0,1% (year-on-year/yoy), dibandingkan periode sebelumnya yang masih tumbuh 0,7% (yoy) dan ekspektasi pasar pada survei Reuters di 0,4% (yoy).
Rendahnya inflasi terjadi meski bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) memangkas suku bunganya dan menyuntikkan likuiditas ke perekonomian.
Inflasi tinggi bisa menggerus daya beli masyarakat, sebaliknya inflasi yang rendah bisa berarti daya beli masyarakat lemah atau masyarakat enggan berbelanja dan memilih saving. Sehingga, tingkat inflasi yang tepat, bisa merupakan indikator kesehatan dan pertumbuhan ekonomi.
Masyarakat China lebih memilih untuk menahan belanja. Artinya, masyarakat China masih belum optimistis terhadap kondisi perekonomian.
Di lain sisi, investor juga masih cenderung mencerna data inflasi dan tenaga kerja di AS. Indeks harga produsen (IHP) dilaporkan tumbuh 0,2% pada April dari bulan sebelumnya. Rilis tersebut lebih rendah dari ekspektasi Dow Jones sebesar 0,3%.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHP Negeri Paman Sam tumbuh 4,9%, juga lebih rendah dari ekspektasi.
Selain itu klaim tunjangan pengangguran bertambah sebanyak 246.000 orang dalam sepekan yang berakhir 6 Mei, bertambah 22.000 orang dari pekan sebelumnya. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak akhir Oktober 2021.
Meski data-data terbaru kembali meredupkan ekspektasi kenaikan suku bunga pada bulan depan, Wall Street masih belum mampu menguat.
Likuiditas di Amerika Serikat memang terus mengetat setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga hingga 500 basis poin (bp) menjadi 5% - 5,25%.
Seperti diketahui, semakin ketat likuiditas maka semakin kurang mendukung bursa saham.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)