
Global Banjir Sentimen Positif, Saham Bank Besar RI Kok Loyo?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perbankan raksasa terpantau melemah pada perdagangan sesi I Kamis (11/5/2023), meski sentimen pasar global pada hari ini cenderung positif.
Berikut pergerakan lima bank raksasa pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.075 | -1,36% |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.275 | -0,78% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.875 | -0,56% |
Bank Mandiri | BMRI | 5.050 | -0,49% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 5.125 | -0,49% |
Sumber: RTI
Per pukul 09:46 WIB, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi yang paling parah koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambles 1,36% ke posisi harga Rp 9.075/unit.
Sedangkan koreksi saham bank raksasa RI yang cenderung lebih kecil terjadi pada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang bersamaan terkoreksi 0,49%.
Valuasi yang sudah terbilang cukup mahal membuat investor belum kembali melirik saham perbankan raksasa pada hari ini.
Dari lima saham bank raksasa, hanya saham BBTN dan BBNI yang price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV) masih berada di bawah rata-rata industri.
PER saham BBTN yang disetahunkan mencapai 5,59 kali, jauh dari rata-rata PER industri yang mencapai 10,82 kali. Sedangkan PBV BBTN mencapai 0,65 kali, juga masih berada di bawah rata-rata industri yang mencapai 1,96 kali.
Sedangkan PER saham BBNI mencapai 8,13 kali dan PBV BBNI mencapai 1,21 kali. Namun dibandingkan keduanya, saham BBTN masih lebih murah ketimbang BBNI.
Di lain sisi, sentimen global cenderung bervariasi, salah satunya data inflasi AS yang rilis semalam untuk periode April 2023 berhasil melandai ke 4,9% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih baik dibandingkan periode sebelumnya dan ekspektasi pasar yang proyeksi tetap bertahan di 5% (yoy).
Sedangkan untuk inflasi inti AS tetap bertahan di 5,5% (yoy), sama seperti bulan sebelumnya. Data inflasi yang melandai bisa menjadi pertimbangan The Fed agar tidak terlalu agresif di pertemuan FOMC mendatang.
Sementara itu, pelaku pasar juga mulai memperhatikan China karena rilis data inflasi terbaru per April 2023 malah turun ke 0,1% (yoy), dibandingkan periode sebelumnya yang masih tumbuh 0,7% (yoy) dan ekspektasi pasar di 0,4% (yoy).
Bahkan, secara bulanan China mengalami deflasi -0,1%. Ini menjadi perhatian yang cukup serius sebab China merupakan pasar ekspor terbesar bagi Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Beban IHSG Berat di Zona Merah
