
Ini Penyebab Beban IHSG Berat di Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perbankan raksasa terpantau terkoreksi pada perdagangan sesi I Selasa (4/4/2023), di mana beberapa saham bank raksasa juga membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini.
Berikut pergerakan bank big cap pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | 5.150 | -1,90% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.275 | -0,80% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.750 | -0,57% |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.220 | -0,41% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.790 | -0,21% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 11:53 WIB atau tujuh menit menjelang penutupan sesi I hari ini, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling besar koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambles 1,9% ke posisi Rp 5.150/unit.
Padahal pada hari ini, BMRI tengah berlangsung aksi korporasi berupa pemecahan nominal saham atau stock split.
Pada perdagangan hari ini, saham BMRI sudah menggunakan harga baru pasca stock split, di mana harga baru seharusnya BMRI mencapai Rp 5.250/unit, berdasarkan harga penutupan kemarin di harga lama Rp 10.525/unit. Adapun rasio stock split BMRI kali ini sebesar 1:2.
Seharusnya, pada hari ini IHSG menguat karena adanya sentimen positif dari melonjaknya harga batu bara acuan dunia pada kemarin. Bahkan, mayoritas saham batu bara pun berhasil melesat.
Tetapi sayangnya, koreksi saham bank membebani IHSG dan nyatanya sentimen dari lonjakan harga batu bara tidak dapat mendorong IHSG untuk bertahan di zona penguatan.
Sebelumnya pada awal perdagangan sesi I hari ini, IHSG dibuka menguat 0,37% ke level 6.852,72. Namun beberapa menit kemudian, IHSG pun berbalik arah ke zona merah.
Investor tampaknya masih akan mencerna rilis data inflasi. Pada Maret 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan atau year-on-year (yoy) sebesar 4,97% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,36.
Adapun, tingkat inflasi bulanan (month-to-month/mtm) Maret 2023 sebesar 0,18% dan tingkat inflasi sepanjang tahun ini (year-to-date/YTD) per Maret 2023 sebesar 0,68%.
Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, mengungkapkan inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga pangan, terutama dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, salah satunya beras.
"Inflasi Maret 2023 awal Ramadhan relatif lebih rendah dari tahun sebelumnya, tapi yang perlu diwaspadai komoditas yang andil besar maka kita harus mewaspadai harga komoditas karena tingginya permintaan jelang hari raya Idul Fitri tarif angkutan udara, daging sapi, daging ayam merah, telur ayam ras dan lain-lain," papar Pudji, Senin (4/3/2023).
Di lain sisi, naiknya kembali harga minyak mentah akibat adanya rencana pemangkasan oleh Arab Saudi, Rusia, dan OPEC juga menjadi sentimen negatif di Indonesia.
Pasalnya, dengan kembali melonjaknya harga minyak membuat harga bahan bakar minyak (BBM) berpotensi kembali naik dan sulit untuk turun.
Selain itu, harga minyak yang melonjak kembali juga dapat membuat inflasi global semakin sulit untuk diturunkan dan pada akhirnya bank sentral utama dapat melanjutkan sikap hawkish-nya di pertemuan mendatang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Kompak Naik Tinggi, Gerak Saham Bank Raksasa Malah Loyo