
Kinerja Mengkilap Emiten Emas RI, Cek Data Lengkapnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen negatif dari pasar global mulai dari krisis perbankan Amerika Serikat (AS), permintaan peningkatan plafon hutang AS hingga The Fed menaikkan suku bunga masih menjadi sentimen penguat pergerakan harga emas global.
Hingga perdagangan Jumat (5/5/2023) harga emas global masih berada di atas level US$ 2050 per troy ons.
Lalu bagaimana dengan kinerja emiten-emiten emas selama kuartal I 2023 dengan pergerakan harga sahamnya di kala peningkatan harga emas dunia.
Melihat dari pergerakan harga saham beberapa emiten emas justru dari awal tahun 2023 terkoreksi. Dimana pergerakan harga emas dunia tidak mempengaruhi kenaikan harga saham emas yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Namun melihat hasil dari laporan keuangan beberapa emiten emas yang telah rilis terdapat peningkatan pada kuartal I 2023 jika dibandingkan dengan kuartal I 2022.
Peningkatan kinerja keuangan terjadi pada ANTM, UNTR, BRMS dan ARCI. Untuk MDKA dan MEDC belum merilis hasil laporan keuangan kuartal I 2023. Dan untuk PSAB justru terjadi penurunan kinerja yang cukup tajam dimana labanya anjlok hingga 2.369% sehingga membukukan kerugian.
J Resources Asia (PSAB) per 31 Maret 2023 mengemas rugi USD14,98 juta. Kinerja buruk itu, menyusul penjualan turun 23 persen menjadi USD22,20 juta dari edisi sama tahun lalu USD28,90 juta. Beban pokok penjualan USD8,41 juta, mengalami penyusutan 49 persen dari episode sama tahun lalu USD16,51 juta. Laba kotor USD13,79 juta, naik tipis 11 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD12,39 juta.
Pendapatan bunga USD6,87 ribu, turun dari USD11,01 ribu. Amortisasi dan penghapusan USD1,49 juta, naik dari USD1,30 juta. Beban bunga dan beban keuangan lainnya USD6,11 juta, turun dari USD6,11 juta. Beban umum dan administrasi USD8,78 juta, bengkak dari USD7,85 juta. Lain-lain bersih USD6,13 juta, naik dari USD4,84 juta.
Rugi sebelum pajak USD8,72 juta, bengkak 540 persen dari edisi sama tahun sebelumnya USD1,98 juta. Jumlah beban pajak USD4,91 juta, bengkak 513 persen dari episode sama tahun sebelumnya USD80,97 ribu. Rugi tahun berjalan USD13,64 juta, anjlok 821% dari edisi sama tahun sebelumnya sejumlah surplus USD1,89 juta.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article It's Showtime! Saham Emiten Emas BRMS-MDKA 'Ngacir' Berjamaah