It's Showtime! Saham Emiten Emas BRMS-MDKA 'Ngacir' Berjamaah

Market - Tri Putra, CNBC Indonesia
03 January 2023 13:00
Tambang Merdeka Copper/Youtube BSI Foto: Tambang Merdeka Copper/Youtube BSI

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten tambang emas kompak menghijau hingga penutupan sesi I, Selasa (3/1/2023). Pergerakan tersebut terjadi seiring menguatnya harga emas akhir-akhir ini.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melonjak 5,00% ke level Rp168/saham. Bahkan, menjelang penutupan sesi I, saham emiten Grup Bakrie tersebut sempat menyentuh posisi Rp171/saham.

Nilai transaksi saham BRMS ramai hingga siang ini, mencapai Rp59,76 miliar. Volume perdagangan juga terbilang tinggi, 356,67 juta saham.

Kenaikan ini melanjutkan penguatan saham BRMS pada Senin yang ditutup terapresiasi 0,63%.

Selain BRMS, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) ikut ramai diborong investor hingga melesat 4,63% ke Rp113/saham.

Antusiasme investor terhadap saham PSAB hari ini terlihat dari lonjakan volume perdagangan yang mencapai 11,80 juta saham. Angka tersebut lebih tinggi dari rerata volume MA20 yang hanya 1,69 juta saham.

Dengan ini, dalam sepekan, saham PSAB sudah melonjak 5,61%.

Di posisi ketiga, ada saham milik Grup Saratoga dan pengusaha Garibaldi 'Boy' Thohir PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang menguat 3,63%. Per penutupan sesi I Selasa (3/1), saham MDKA diperdagangkan di harga Rp4.280/saham, atau menguat 4,65% dalam seminggu belakangan. Ini tak terlepas dari tren penguatan 3 hari beruntun MDKA sejak Jumat (30/12/2022) lalu.

Selain nama-nama di atas, saham emiten milik pengusaha Peter Sondakh PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) juga ikut menghijau, yakni naik 1,80%. Demikian pula, saham tambang BUMN PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga menghijau dengan menguat 1,01% ke Rp2.000/saham.

Harga emas sendiri menguat 0,85% secara harian ke posisi USD1.838,95/troy ons per Selasa (3/1), pukul 12.28 WIB. Dalam sepekan ini, harga si logam kuning naik 1,48% dan dalam sebulan terapresiasi 4,09%.

Mengutip Livemint.com (31/12/2022), sejumlah analis komoditas menyebutkan, reli harga emas disebabkan oleh setidaknya 3 hal, yakni masalah Covid-19, menurunnya indeks dollar, dan indikasi pen urunan laju kenaikan suku bunga oleh The Fed.

Di pasar internasional, menurut analis komoditas, saat ini harga emas memiliki level support di USD1.780/troy ons.
Proyeksi Kilau Emas di 2023

Emas diprediksi bakal berkilau terang tahun ini. Sejumlah analis bahkan memberikan proyeksi ekstrem harga emas. Ada yang memproyeksi bisa terbang hingga US$ 4.000 per troy ons pada 2023, atau sekitar 120% dari level saat ini.

Chief investment officer Swiss Asia Capital, Juerg Kiener, memberikan proyeksi ekstremnya. Menurutnya, harga emas akan terbang hingga US$ 4.000 per troy ons pada 2023. Artinya, harga emas melonjak 119% dari harga sekarang.

Proyeksi tersebut didasari adanya resesi serta pelonggaran kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve. Seperti diketahui, harga emas ambruk pada 2022 karena kenaikan suku bunga The Fed secara agresif.

"Emas tidak hanya akan naik 10-20% tetapi akan sangat tinggi. Harga emas bisa menembus US$ 2.500-4.000 per troy ons pada tahun depan (2023)," tutur Kiener, dikutip dari CNBC International.

Proyeksi ekstrem juga dikeluarkan Saxo Bank. Bank asal Denmark tersebut memproyeksi harga sang logam mulia akan terbang ke US$ 3.000 per troy ons.

Analis Saxo Bank, Ole Hansen, memperkirakan inflasi masih akan tinggi pada 2023. Sejumlah negara juga akan menghadapi ketegangan politik yang berat. Di sisi lain, The Fed diproyeksi tidak akan menaikkan suku bunga setinggi 2022.

Berbeda dengan Kiener dan Hansen, analis senior Slatestone Wealth, Kenny Polcari, meyakini harga emas tidak akan melonjak hingga US$ 4.000. Dia memperkirakan harga emas akan cenderung melemah dengan titik resistance ada di US$ 1.900 per troy on.

"Harga emas memang akan lebih baik dan Anda sebaiknya membeli emas dalam portofolio investasi. Namun, saya tidak melihat harganya akan melambung ke US$ 4,000," tutur Polcari, kepada CNBC International.

Arkadiusz Sieron, analsi dari FXStreet, mengingatkan emas memang selalu melonjak setelah terjadi krisis ekonomi. Namun, kenaikannya hanya berkisar 20-30%. Kenaikan tertinggi emas tercatat pada periode 1973 pada periode stagflasi. Pada periode tersebut harga emas melambung 73%.

Selebihnya, emas hanya naik 32% pada 2007 atau saat Krisis Keuangan Amerika. Emas juga hanya mampu terbang 25% pada krisis pandemi Covid-19 pada 2020.

"Tentu saja emas tidak akan naik hingga US$ 3.000 per troy ons. Jika kita perkirakan kenaikannya mencapai 25-32% maka harga emas maksimal akan ada di posisi US$ 2.200-2.400 per troy ons," tutur Sieron.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

6 Emiten Emas Ambrol, Ini Penyebabnya


(trp/trp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading