
Harga Emas Anjlok, Saham Emiten Dalam Negeri Ikut Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terus melambung sejak akhir 2022, begitupun dengan saham emiten-emiten emas. Namun, sejak pekan lalu emas kembali merana di tengah aksi taking profit investor setelah pasar tenaga kerja Amerika Serikat terpantau masih kuat.
Berdasarkan data dari refinitiv, saham-saham emiten emas terpantau ikut mengalami pelemahan, seperti ANTM milik BUMN dan MDKA yang masuk dalam portofolio investasi Sandiaga Uno, sudah tiga kali berturut-turut anjlok.
Data terakhir pada penutupan perdagangan hari Senin (06/2/2023), harga MDKA turun 0,86% ke level 4.610, begitupun dengan saham ANTM yang terkoreksi -2,58% ke level 2.270.
Penurunan ini mengikuti harga emas global yang sebelumnya juga turun dalam -2,45%, pasca rilis data pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang masih kuat dan tidak sesuai ekspektasi pasar.
Data tenaga kerja yang dirilis tempo hari kemarin yaitu non farm payrolls melonjak menciptakan 517 ribu tenaga kerja baru, jauh di atas ekspektasi pasar yakni 185 ribu tenaga kerja.
Sekedar informasi, non farm payrolls merupakan data tingkat ketenagakerjaan di Amerika Serikat selain sektor pertanian, pemerintahan, rumah tangga, dan lembaga-lembaga non profit yang di rilis oleh US Bereau of Labour Statistic.
Data ketenagakerjaan NFP yang saat ini melonjak menjadi sentimen negatif bagi pasar, khususnya pasar emas, dikarenakan dapat mendorong kemungkinan The Fed mengetatkan kembali kebijakan kenaikan suku bunga nya yang saat ini telah naik 450 basis poin. Hal ini juga dapat membuat nilai mata uang dolar menguat, sehingga dapat mendorong harga emas anjlok tak karuan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
(mak/mak)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Emas Aneka Tambang Naik 31%, Investor Cari Aman?