China Bikin Starbucks Cuan Gede, Ini Alasannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan kedai kopi, Starbucks mencatat pendapatan di atas ekspektasi para analis pada kuartal I tahun ini. Hal itu karena penjualan perusahaan yang melebihi ekspektasi yaitu sebesar US$ 8,72 miliar. Capaian tersebut di atas perkiraan yang diharapkan yaitu sebesar US$ 8,4 miliar.
Pendapatan Starbucks di dorong oleh penjualan internasional atau ekspor yang melebihi perkiraan. Pangsa pasar terbesar kedua Starbucks, China mengalami peningkatan penjualan pada gerai yang sama untuk pertama kalinya sejak kuartal ketiga pada tahun 2021.
Hal itu disebabkan kembalinya kebijakan nol-Covid Beijing yang membuat para pelanggan kembali belanja di kafe.
Perusahaan raksasa kedai kopi tersebut berharap pendapatan bersih kuartal kedua sebesar US$ 908,3 juta atau 79 sen per saham, atau naik dari US$ 674,5 juta atau 58 sen per saham secara tahunan.
Sementara penjualan bersih naik 14,2% menjadi US$ 8,72 miliar. Penjualan pada gerai yang sama perusahaan naik 11% pada kuartal tersebut, mengalahkan estimasi Street Account sebesar 7,1%. Baik pasar AS dan internasional mengungguli ekspektasi.
"Ini luar biasa di tingkat mana pun, tetapi secara khusus mengingat tekanan musiman yang biasanya kami alami di [kuartal kedua]," kata kepala keuangan Rachel Ruggeri, mengutip CNBC Internasional, Rabu (3/5).
Sementara, penjualan toko yang sama di AS melonjak 12% dengan peningkatan transaksi sebesar 6%. Beberapa perusahaan restoran, seperti pemilik Outback Steakhouse, Bloomin' Brands, telah melaporkan transaksi yang menyusut karena pelanggan menarik diri untuk makan di luar. Starbucks bergabung dengan sesama outlier seperti McDonald's dan Chipotle Mexican Grill, yang juga mengalami lonjakan transaksi.
Perusahaan mengatakan anggota aktif program loyalitas AS naik 15% dari periode tahun lalu menjadi 30,8 juta selama kuartal yang berakhir 2 April.
Di luar AS, penjualan toko yang sama di rantai kopi tersebut meningkat 7%.
CEO Howard Schultz mengatakan perusahaan berharap bisnisnya di China akan pulih pada paruh kedua tahun 2023.
Starbucks menegaskan kembali prospek tahun ini dengan memproyeksikan pertumbuhan pendapatan 10% hingga 12% dan pertumbuhan laba per saham yang disesuaikan di ujung bawah 15% hingga 20%.
(rob/ayh)