Anjlok 1,22%, IHSG Bakal Kebakaran di Sesi II

Tri Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 02/05/2023 13:22 WIB
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 1,22% ke posisi 6.831,73 hingga penutupan perdagangan sesi I Selasa (2/5/2023).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), seiring bursa kembali keluar dari level psikologis 6.900, sebanyak 356 saham turun, 189 naik, dan 172 saham stagnan.

Nilai transaksi hingga siang ini mencapai Rp5,53 triliun dan volume perdagangan 9,30 miliar saham.


Saham Telkom Indonesia (TLKM) dan Bank Central Asia (BBCA) menjadi pemberat IHSG, masing-masing menyumbang index points -13,81 dan -10,98.
Selain kedua saham tersebut, saham batu bara Bayan Resources (BYAN), United Tractors (UNTR), hingga Adaro Energy Indonesia (ADRO) juga menjadi pemberat, masing-masing berkontribusi terhadap penurunan IHSG -8,47 poin, -7,47 poin, dan -5,50 persen.

Pelemahan pada sesi pertama hari ini terjadi setelah IHSG sempat menguat signifikan pasca libur panjang lebaran dan berusaha menembus level 7.000 yang terakhir tercatat pada penutupan perdagangan awal Desember tahun lalu. Namun IHSG gagal menembus level tersebut dan malah melemah 0,43% pada Jumat dan kembali ambruk hari ini.

Data Refinitiv mencatat, nyaris seluruh sektor berada di zona koreksi dengan sektor energi menjadi yang paling dalam. Pagi ini saham emiten batu bara RI juga kompak bergerak di zona merah. Selain itu 29 saham tercatat sudah menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).

Sebelumnya, pasar keuangan juga diterpa isu negatif dengan satu perbankan regional AS kembali menjadi korban dan mengalami kegagalan. First Republic secara resmi disita oleh regulator dan akan diambil alih oleh bank terbesar AS JP Morgan.

Pagi tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen bulan April 2023 mengalami inflasi sebesar 0,33% secara bulan ke bulan (mtm). Adapun, inflasi tahun kalender mencapai 1,01% (ytd) dan inflasi tahunannya sebesar 4,33% (yoy).

Inflasi Maret ini lebih tinggi dari bulan Maret 2023, sebesar 0,18%. Secara historis Lebaran, BPS mencatat inflasi 0,33% relatif rendah dibandingkan periode Lebaran sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pasokan holtikultura dan beras yang terjaga. Ini tercermin dari deflasi cabai merah dan cabai rawit.
Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi pada April ini, kecuali kelompok informasi dan jasa keuangan.

"Penyumbang terbesar adalah pada kelompok trans 0,84% dan andilnya pada inflasi 0,11%," kata Margo dalam rilis BPS, Selasa (2/5/2023).
Jika dilihat secara detail, berdasarkan komoditas, a.l. angkutan udara memberikan andil 0,06% dan diikuti angkutan antar kota 0,03%, komoditas emas perhiasan 0,02%.

Inflasi pada April ini bertepatan dengan musim panen yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Tengah pada Maret hingga April 2023. Sebagai catatan, musim panen hortikultura dan padi terjadi di Karawang, Indramayu, Lamongan, Ngawi dan Sragen.

"Jadi supply untuk produk holtikultura dan ketersediaan beras yang dicerminkan produksi padi Maret-April ini menyebabkan supply cukup," papar Margo.

Inflasi ini sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi April 2023 akan menembus 0,47% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi akan lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat 0,18%.

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 4,51% pada bulan ini. Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan pada Maret yang tercatat 4,97%.

Analisis Teknikal

Foto: Tri Putra
Analisa Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada sesi I tadi, IHSG membentuk candle merah (bearish marubozu) dan turun ke bawah level psikologis 6.900 usai lagi-lagi tak sanggup menembus resistance kuat berupa MA 200 (6.931).

Secara chart harian dan hourly, MA 100 menjadi support selanjutnya bagi IHSG, di kisaran 6.822-6.816. Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke 37,57, sudah berada di area oversold dan bisa mengindikasikan aksi jual akan tertahan di sesi II.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan makin melebar, sekaligus mengonfirmasi death cross (pola pembalikan).

Pada sesi II, IHSG berpotensi ditutup memerah dengan support terdekat di 6.822-6.816. Apabila tertembus, support berikutnya di 6.810-6.800. Sementara, resistance terdekat di level 6.845.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Perang Berkobar, Saham & Investasi Mana Yang Bisa Cuan?