Bursa Asia Dibuka Cerah, Tanda IHSG Bakal Ngegas?
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menghijau pada perdagangan Selasa (2/5/2023), setelah libur Hari Buruh Internasional meski beberapa bursa saham tetap dibuka kemarin.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,15%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,33%, Straits Times Singapura melesat 1,11%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,76%.
Namun untuk indeks ASX 200 Australia turun 0,1%, jelang pengumuman suku bunga terbaru bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).
Sementara untuk pasar saham China pada hari ini belum dibuka karena masih libur Hari Buruh Internasional.
Pelaku pasar di Asia-Pasifik, terutama di Australia akan menanti rilis dari hasil pertemuan RBA pada hari ini.
Pasar memperkirakan RBA akan mempertahankan suku bunga acuannya. Survei dari Reuters terhadap 34 ekonom mengungkapkan bahwa 26 dari mereka mengharapkan RBA untuk mempertahankan suku bunga di level 3,6%, sedangkan delapan sisanya memperkirakan kenaikan 25 basis poin (bp) menjadi 3,85%.
Jika RBA menaikkan suku bunga menjadi 3,85%, maka kenaikan tersebut akan menjadi level tertinggi sejak April 2012.
Sementara itu dari Korea Selatan, inflasi di tingkat konsumen (consumer price index/CPI) dilaporkan turun menjadi 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada April lalu, dari sebelumnya sebesar 4,2% pada Maret lalu.
Hal ini juga menandai laju inflasi paling lambat dalam 14 bulan terakhir, dan penurunan bulan ketiga berturut-turut.
Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Ginseng pada bulan lalu cenderung stabil di level 0,2%, atau sama seperti pada Maret lalu yang sebesar 0,2%.
Pada April lalu, bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) terus mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5%. Hal ini dilakukan karena BoK menilai bahwa inflasi cenderung sudah mendingin.
Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas cenderung bergairah terjadi di tengah lesunya bursa saham AS, Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,14%, S&P 500 turun tipis 0,04%, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,11%.
Lesunya Wall Street terjadi setelah krisis yang dialami oleh First Republic Bank tidak kunjung mereda dan membuat sahamnya terus mencatatkan koreksi.
First Republic melaporkan pekan lalu bahwa simpanan anjlok lebih dari 40% pada kuartal pertama 2023, memicu penurunan lebih lanjut pada saham yang sudah kesulitan. Saham telah turun 97% sejak awal tahun. Saham sempat disuspensi pada perdagangan Senin kemarin.
Alhasil, regulator AS menyita First Republic Bank yang bermasalah dan akan menjualnya ke perusahaan perbankan raksasa JPMorgan Chase and Company
Pada Senin kemarin, JPMorgan mengumumkan akan mengambil alih aset First Republic Bank. Kesepakatan tersebut mencakup pengambilalihan pinjaman senilai US$ 173 miliar, sekuritas US$ 30 miliar, dan deposito US$ 92 miliar dari First Republic Bank.
Kesepakatan ini juga menandakan bahwa JPMorgan Chase, yang telah menjadi salah satu bank terbesar di AS, akan menjadi lebih besar lagi.
Setelah rencana pengambilalihan aset ini, saham JPMorgan pun langsung melesat di sesi akhir perdagangan kemarin.
Di lain sisi, investor akan menanti beberapa perusahaan teknologi besar yang merilis kinerja keuangan pada kuartal I-2023 pekan ini, seperti raksasa teknologi Apple dan headliner lainnya yakni Qualcomm dan AMD.
Laporan pendapatan dari perusahaan teknologi besar turut mendominasi para investor belakangan. Ini memicu narasi bahwa pendapatan lebih baik daripada yang ditakuti, meskipun banyak kekhawatiran ekonomi makro lebih luas.
Sejauh ini, sedikit lebih dari separuh perusahaan S&P 500 telah melaporkan pendapatan, dengan lebih dari 79% dan sekitar 72% masing-masing melampaui ekspektasi pendapatan dan penjualan.
Sementara, saat ini investor tengah cemas menunggu keputusan kenaikan suku bunga terbaru dari The Fed, yang akan keluar pada Rabu mendatang, atau di akhir pertemuan kebijakan bank sentral edisi Mei yang akan dimulai Selasa besok.
Pada Minggu malam, sekitar 79% investor mengantisipasi kenaikan suku bunga 25 basis poin (bp), menurut alat FedWatch CME Group.
Wall Street juga akan memantau dengan cermat pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell yang akan memberikan petunjuk tentang jalur kebijakan The Fed ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)