Macro Insight

'Hantu' Ini Muncul dan Merusak Berkah Ramadan Tahun Ini

mae, CNBC Indonesia
19 April 2023 15:00
Salah satu pengunjung Metro Department Store Trans Studio Mall Cibubur, Depok, Jawa Barat mencoba mengenakan pakaian lebaran dalam gelaran ‘METRO Late Night Shopping’, Sabtu (8/4/2023).
Foto: Salah satu pengunjung Metro Department Store Trans Studio Mall Cibubur, Depok, Jawa Barat mencoba mengenakan pakaian lebaran dalam gelaran ‘METRO Late Night Shopping’, Sabtu (8/4/2023). (CNBC Indonesia/Rindi Salsabilla)
  • Dampak inflasi tinggi masih dirasakan hingga Ramadan tahun ini
  • Inflasi membuat laju konsumsi masyarakat tertekan
  • Pengeluaran item tertentu untuk lebaran seperti fashion dan perhiasan turun pada Ramadan tahun ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak tingginya inflasi belum hilang dari perekonomian Indonesia. Laju konsumsi masyarakat Indonesia yang kencang pada Ramadan pun terimbas.

Seperti diketahui, inflasi Indonesia terbang pada akhir tahun lalu setelah pemerintah menaikkan harga BBM pada awal September 2022.

Sebelum kenaikan BBM pun, inflasi Indonesia sebenarnya sudah berlari kencang karena lonjakan berbagai bahan pangan, seperti minyak goreng.

Inflasi menembus 2,64% (year on year/yoy) pada Maret 2022 kemudian merangkak menjadi 4,94 % (yoy) pada Juli 2022 dan melesat menjadi 5,95% (yoy) pada September 2022.

Besarnya inflasi membuat Presiden Joko Widodo atau Jokowi khawatir. Jokowi bahkan berkali-kali mengingatkan bahwa inflasi sudah seperti hantu yang menakutkan.

Meskipun inflasi sudah melandai ke 4,97% pada Maret 2023 tetapi dampaknya masih terasa kepada kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk dalam belanja.

Dampak inflasi bahkan masih terasa hingga Ramadan tahun ini. Inflasi membuat laju belanja masyarakat tertekan selama Ramadan tahun ini.

Padahal, selama bertahun-tahun, puncak konsumsi masyarakat Indonesia terjadi pada bulan Ramadan. Bulan Puasa pun menjadi berkah bagi ekonomi Indonesia karena menjadi puncak tertinggi dari pertumbuhan.


Tanda-tanda melandainya belanja tercermin melalui sejumlah indikator, termasuk Mandiri Spending Index (MSI).

Mandiri Spending Index (MSI) per 2 April 2023 menunjukkan nilai belanja pada Ramadan tahun ini jauh lebih kecil dibandingkan pada Ramadan tahun lalu.

Nilai belanja pada Ramadan 2023 tercatat 133,5, jauh lebih rendah dibandingkan pada Ramadan 2022 yang tercatat 159,9.

Volume belanja pada Ramadan 2023 tercatat 155,9. Volume belanja tersebut lebih rendah dibandingkan pada Ramadan 2022 tercatat 179,4.

Mandiri spending index per 2 AprilFoto: Mandiri Institute
Mandiri spending index per 2 April

"Inflasi sepertinya membayangi pemulihan belanja dan ekonomi pada kuartal I-2023. Pembelian barang tahan lama dan non-tahan lama sama sama turun," tutur Head of Mandiri Institute, Teguh Yudo Wicaksono, dalam report Mandiri Institute: A Brief on Latest Consumer Spending.

Belanja fashion pada Bulan Puasa tahun ini jauh lebih rendah dibandingkan Ramadan 2022.

Proporsi belanja fashion per 2 April hanya 10,5%, sedikit lebih baik dibandingkan pada awal Maret. Namun, angkanya jauh lebih kecil dibandingkan Ramadan 2022 yang tercatat 12,1%.

Proporsi belanja masyarakat untuk perhiasan hanya 5,9% pada Ramadan tahun ini. Bandingkan dengan Ramadan 2022 yang tercatat 8%.

Akibat inflasi yang meningkat, masyarakat juga mengalihkan pembelian kepada barang yang lebih murah. 

Dari wilayah Indonesia, kenaikan belanja di Bali dan Nusa Tenggara lebih ditopang oleh kenaikan volume sementara Jawa dan Kalimantan lebih disebabkan oleh kenaikan harga barang.
Wilayah lain menunjukkan penurunan volume dan nilai karena harga barang yang meningkat tajam.

Data MSI pada Januari-Maret 2023 menunjukkan frekuensi belanja lebih tinggi dibandingkan tahun lalu tetapi secara nilai lebih rendah.

Kondisi ini kemungkinan terjadi karena orang menurunkan pembelian ke barang yang lebih rendah, orang lebih sering belanja di mini market atau lebih hati-hati.

Senada, ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI) Suryaputra Wijaksana menjelaskan  ada skala dari peningkatan konsumsi domestik menjelang Ramadan. Namun, peningakatan relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.



belanja fashion dan lain-lainFoto: Mandiri Institute
belanja fashion dan lain-lain

Kondisi merujuk pada data penjualan eceran Bank Indonesia periode Maret 2023.

Hal ini terlihat jelas dari peningkatan penjualan pakaian dan rekreasi yang lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia Maret juga menunjukkan  optimisme kelompok pendapatan rendah (di bawah Rp3 juta) tertekan.

"Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh inflasi makanan yang masih cukup tinggi, dampak dari kenaikan harga bahan bakar bersubsidi pada tahun 2022, dan pemutusan hubungan kerja di sektor-sektor yang berkaitan dengan ekspor," ujar Suryaputra dalam laporannya
Economic Update: Keyakinan Konsumen & Penjualan Ritel Maret 2023

Dia menambahkan pertumbuhan rata-rata saldo rekening kecil (di bawah Rp100 juta) kian melambat.

Tingginya proporsi pendapatan untuk konsumsi, dan menurunnya pembelian barang tahan lama (durable goods) kelas ini mengindikasikan penurunan daya beli yang signifikan.

Sementara itu, kelompok menengah atas (pengeluaran lebih dari Rp5 juta) juga merasa lebih optimis. Namun pola konsumsi kelompok ini menunjukkan sikap wait and see.

Mereka juga banyak menghabiskan pendapatan untuk membayar cicilan dan alokasi untuk tabungan.

"Terbatasnya upside peningkatan permintaan masyarakat akibat momentum bulan Ramadan diprediksikan akan memperlambat momentum pertumbuhan konsumsi domestik," ujar Suryaputra.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular