
Keuangan Limbung, PTPP Masih 'Sakit '

Untuk mengukur kemampuan PT PP membayar utangnya, perlu dilihat dari tenor utangnya. Kemampuan membayar utang jangka pendek bisa dilihat dari rasio likuiditas seperti rasio kas dan kas lancar.
Rasio kas perusahaan terus anjlok dari 59,4% pada 2016 kini menjadi 21,06%.
Kabar positif setidaknya datang dari rasio lancar yang tercatat 121,03% pada 2022. Angkanya lebih baik dibandingkan pada 2021 yang tercatat 111,9%.
Namun, tetap jauh lebih kecil dibandingkan pada 2018 yakni 141%.
Kemampuan PT PP dalam melunasi utang jangka panjang bisa dilihat dari rasio total kewajiban terhadap aset (debt to assets ratio), hingga rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER).
DER PT PP tercatat 288,72%% per akhir 2022, melonjak dibandingkan 2018 yang tercacat 222,08%.
Semakin besar DER menunjukkan tingginya ketergantungan sebuah perusahaan DER dengan utang. Semakin tinggi DER juga mencerminkan semakin tinggi beban perusahaan dalam membayar beban bunga.
DER dengan level hampir 3% ini sudah masuk medium to high bagi emiten konstruksi.
Rasio liability atau kewajiban terhadap ekuitas terus merangkak naik dari 2,99 menjadi 3,84 pada 2022.
Rasio utang terhadap asset (debt to assets ratio/DAR) juga semakin meningkat dari 68,95% pada 2018 menjadi 74,27%.
DAR menggambarkan jumlah aset yang mesti dibiayai utang. Semakin tinggi DAR menggambarkan makin besarnya risiko perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang, termasuk bunga utang.
Kontrak-kontrak baru diharapkan bisa menjadi dana segar untuk mengurangi beban utang.
PTPP sempat membukukan kontrak jumbo pada 2018 senilai Rp 43,49 triliun. Angkanya kemudian terjun bebas menjadi Rp 21,34 triliun.
Kontrak berkurang karena pemerintah mengurangi pembangunan infrastruktur demi menambah anggaran penanganan Covid-19. Terbatasnya mobilitas serta pembatasan kegiatan membuat aktivitas pembangunan infrastruktur jauh berkurang setelah pandemi.
Kontrak baru mulai meningkat lagi tahun lalu sebesar Rp 31,19 triliun.
Di antara kontrak besar yang pernah dimenangkan PTPP adalah pengelolaan proyek Jalan Tol bagian Depok-Antasari, pembangunan proyek Jalan Tol Tol Cisumdawu, dan Stadion Tenggarong (Kalimantan Timur).
Bandara Ujung Pandang, Makassar Ujung Pandang, Bandara Ngurah Rai (Bali), Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, dan Pertamina proyek Pertamina Mandalika International Street Circuit.
Pt PP kini juga mengandalkan proyek infrastruktur di Ibu Kota Negara (IKN).
Perseroan telah mengantongi kontrak proyek yang cukup besar pada segmen gedung, infrastruktur, maupun engineering-procurement-construction (EPC) untuk 2023. Dari kontrak baru sebesar Rp 31 triliun yang diperoleh pada 2022, PTPP masih akan melakukan produksi pada 2023 sampai 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]
