Duh, Mayoritas Saham Bank Lesu, Ada Apa ya?
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham perbankan Indonesia kelompok KBMI 3-4 terpantau melemah pada perdagangan sesi I Senin (10/4/2023).
Dari 13 saham bank KBMI 3-4, tercatat sembilan saham melemah, dua saham cenderung stagnan, dan dua saham menguat.
Berikut pergerakan saham bank KBMI 3-4 pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1.760 | -2,76% |
Bank Pan Indonesia | PNBN | 1.270 | -2,31% |
Bank Permata | BNLI | 945 | -1,56% |
Bank Mandiri | BMRI | 5.100 | -1,45% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.275 | -1,07% |
Bank Danamon Indonesia | BDMN | 2.900 | -0,68% |
Bank OCBC NISP | NISP | 795 | -0,62% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.700 | -0,57% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.830 | -0,21% |
Bank Maybank Indonesia | BNII | 236 | 0,00% |
Bank Mega | MEGA | 5.025 | 0,00% |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.240 | 0,40% |
Bank CIMB Niaga | BNGA | 1.315 | 1,15% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 10:17 WIB, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menjadi saham bank yang koreksinya cukup besar pada pagi hari ini, yakni mencapai 2,76% ke posisi harga Rp 1.760/unit.
Sedangkan untuk saham bank raksasa secara mayoritas juga terkoreksi. Hanya saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang menguat pada pagi hari ini.
Investor yang cenderung wait and see menanti rilis data inflasi dan pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) terkait suku bunga membuat saham perbankan cenderung lesu pagi hari ini.
Data ini akan memberikan gambaran bagaimana The Fed akan mengambil langkah kedepannya terkait kenaikan suku bunga.
Hal ini terjadi setelah sebelumnya tanda-tanda perekonomian AS merosot semakin terlihat. Kontraksi sektor manufaktur semakin dalam pada Maret dan PMI dilaporkan sebesar 46,3, sudah mengalami kontraksi selama 5 bulan beruntun dan berada di level terendah sejak Mei 2020.
Namun, dengan pasar tenaga kerja yang masih kuat dan inflasi yang sulit turun, pasar kembali memprediksi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga pada Mei.
Selain itu, sentimen The Fed masih menjadi momok mengerikan bagi pasar finansial Tanah Air. Ketegangan antara suku bunga dan harga saham akan tetap terjadi pekan depan, karena investor terus mencerna indikasi sikap The Fed yang cenderung masih hawkish hingga beberapa bulan ke depan.
Kondisi ekonomi dua raksasa dunia yang juga merupakan partner dagang utama RI, yakni China dan AS juga akan mempengaruhi pasar pekan ini.
Dari AS, ada rilis data ekonomi penting terkait ekspektasi inflasi konsumen dan pidato pejabat The Fed yang akan memberikan sinyal terkait suku bunga.
Sementara dari China, investor fokus pada data inflasi, indeks harga produsen, dan data neraca perdagangan terkait ekspor-impor.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)