Duh! Bursa Asia Dibuka 'Kebakaran', Nasib IHSG Gimana?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
05 April 2023 08:39
A man is reflected on an electronic board showing a graph analyzing recent change of Nikkei stock index outside a brokerage in Tokyo, Japan, January 7, 2019. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (5/4/2023), karena para pedagang menilai lonjakan harga minyak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melemah 0,69%, ASX 200 Australia terkoreksi 0,23%, dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,01%.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura pada pagi hari ini dibuka menguat 0,41%.

Sementara untuk pasar saham China dan Hong Kong pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Festival Ching Ming.

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas melemah terjadi di tengah lesunya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,59%, S&P 500 terkoreksi 0,58%, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,52%.

Kerugian pasar mengikuti laporan pasar pekerjaan terbaru. Pada Februari lalu, jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia turun di bawah 10 juta untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, sebuah tanda pasar tenaga kerja yang mendukung ekonomi mulai melambat.

"Masih ada banyak lowongan pekerjaan relatif terhadap pengangguran. Pasar sangat sensitif terhadap perubahan kecil ke arah yang tidak ingin mereka lihat," kata Ed Yardeni, presiden Riset Yardeni.

Yang pasti, pasar telah tangguh akhir-akhir ini, dengan indeks utama yang meningkat bahkan ketika dihadapkan pada inflasi yang terus-menerus, krisis perbankan, dan suku bunga yang lebih tinggi.

Pekan ini, pasar energi menjadi potensi sumber ketidakpastian lainnya, setelah OPEC+ mengumumkan akan memangkas produksi sebesar 1,16 juta barel minyak per hari. Alhasil, kabar ini dapat kembali melambungkan harga minyak mentah dunia.

Pemangkasan terbanyak dilakukan Arab Saudi yakni 500 ribu bpd di Arab Saudi, pemotongan 211 ribu barel/hari oleh Irak, 144 ribu bpd oleh Uni Emirat Arab, dan 128 ribu bpd dari Kuwait.

Goldman Sachs menurunkan perkiraan produksi OPEC+ pada akhir tahun 2023 sebesar 1,1 juta bpd dan menaikkan perkiraan harga Brent untuk tahun 2023 sebesar US$ 5 menjadi US$ 95 per barel dan sebesar US$ 3 menjadi US$ 100 per barel untuk tahun 2024.

Alhasil, kabar tersebut dapat menggerakan harga minyak mentah untuk kembali menyentuh level tinggi.

Harga minyak yang menguat dapat menguntungkan emiten produsen minyak. Namun secara keseluruhan dapat memberikan efek negatif yakni kenaikan inflasi.

Inflasi yang menguat akan tetap membuat bank sentral hawkish pada kebijakan suku bunganya dan akan berdampak negatif terhadap ekonomi.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular