Semoga Tembus, IHSG Kembali Jajal Level Penting
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di 6.827,17 atau menguat 0,32% secara harian pada penutupan perdagangan sesi II Senin (3/4/23).
Sebanyak 244 saham naik, 285 saham turun sementara 196 saham lainnya tidak bergerak.
Meski per Senin jam perdagangan resmi diperpanjang seperti masa pra-pandemi, yakni hingga pukul 16.00 WIB, tetapi nilai transaksi terpantau sepi, hanya sekitar Rp 8,45 triliun, dengan melibatkan 19,82 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,34 juta kali.
Pada Senin IHSG bergerak konsisten di wilayah positif. Penguatan indeks kali ini sekaligus memutus tren pelemahan yang telah berlangsung selama dua hari perdagangan sebelumnya. Dalam lima hari transaksi, apresiasi IHSG masih menguat 1,76%. Sementara itu sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 0,34% (year to date).
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, hanya empat dari total sektor yang menguat. Sektor finansial menjadi sektor dengan kenaikan tertinggi yakni sebesar 0,89% diikuti sektor energi 0,77%. Selain itu sektor konsumen primer dan teknologi menguat masing-masing 0,2 persen lebih.
Sentimen positif datang dari Amerika Serikat (AS) dan China, di mana data ekonomi dan tenaga kerja di AS cenderung masih cukup kuat.
Namun, hal ini sepertinya tidak membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempertahankan sikap hawkish-nya dan mulai bersikap dovish, karena melihat dari krisis perbankan di AS yang terjadi beberapa pekan lalu.
Pelaku pasar bahkan memprediksi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya lagi di pertemuan berikutnya, meski inflasi dan data tenaga kerja masih cukup kuat.
Sementara dari China, data aktivitas manufaktur memang sedikit melandai. Tetapi masih berada di zona ekspansif, menandakan bahwa perekonomian China sedang berusaha pulih dari keterpurukan akibat penerapan kebijakan nol-Covid. Adapun kebijakan ini resmi dihapus oleh pemerintah China pada akhir tahun lalu.
Dari dalam negeri, data inflasi Maret lebih rendah dari ekspektasi pasar. Inflasi yang terkendali bisa menjadi kabar baik untuk pasar saham RI seiring Bank Indonesia (BI) akan lebih 'santai' soal kebijakan suku bunga.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Maret 2023 yang bertepatan dengan Ramadan kali ini terpantau lebih rendah dalam dua tahun terakhir. Hal ini dimungkinkan karena turunnya inflasi harga bergejolak pada bulan Maret lalu.
Inflasi pada Maret 2023 mencapai 0,18% (month-to-month/mtm), lebih rendah dibandingkan 0,40% pada 2022 dan 0,32% pada 2021. Angka tersebut juga di bawah ekspektasi pasar 0,29%.
Inflasi tahunan (YoY) Maret 4,97%, juga di bawah ekspektasi pasar 5,29%.
Kenaikan harga minyak mentah pada Senin seiring Arab Saudi dan negara OPEC+ akan mengurangi produksi minyak mentah masih akan menjadi perhatian pasar hari ini.
Arab Saudi dan produsen minyak OPEC+ lainnya pada hari Minggu (2/4/2023) mengumumkan pengurangan produksi minyak mentah lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari. Keputusan ini bisa kembali melambungkan harga minyak mentah.
Selain itu, sejumlah data ekonomi makro, termasuk keputusan suku bunga oleh bank sentral Australia dan data pekerjaan (JOLTs) dari Amerika Serikat (AS) akan turut menjadi perhatian pelaku pasar.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan moving average (MA) dan pivot point untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada Senin, IHSG berhasil mendaki MA 50 (6.822), kendati belum berhasil menembus MA 100 (6.849). MA 50 akan menjadi level krusial untuk IHSG hari ini dan penting untuk diamati.
Secara umum, peluang IHSG mengonfirmasi pola double bottom (pembalikan ke arah uptrend) masih terbuka, dengan neckline yang perlu ditembus berupa MA 200 (6.931).
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI naik ke 54,77.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD masih berada di atas garis sinyal dengan histogram yang kembali membentuk bar positif.
Hari ini, sejauh mampu bertahan di atas level support 6.822, IHSG hari ini berpotensi kembali menguat terbatas dan menjajal lagi MA 100 (6.849) sebelum menentukan arah selanjutnya.
Namun, apabila gagal bertahan di 6.822, support selanjutnya berada di 6.800 dan 6.745.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(pap/pap)