
Harga Emas Turun, Apa Kabar Saham Produsen Emas RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan saham pertambangan emas di Indonesia pada sesi I Senin (3/4/2023) cenderung volatil, di tengah melandainya harga emas acuan dunia.
Hingga pukul 10:28 WIB, dari enam saham pertambangan emas, hanya satu yang terpantau menguat. Sisanya yakni tiga saham ambles lebih dari 1% dan dua lainnya cenderung stagnan.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Bumi Resources Minerals | BRMS | 167 | -1,76% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 4.130 | -1,43% |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 98 | -1,01% |
Aneka Tambang | ANTM | 2.090 | 0,00% |
Wilton Makmur Indonesia | SQMI | 66 | 0,00% |
Archi Indonesia | ARCI | 342 | 0,59% |
Sumber: RTI
Saham pertambangan emas Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menjadi yang paling besar koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambles 1,76% ke posisi Rp 167/saham.
Sedangkan untuk saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga ambrol 1,43% ke Rp 4.130/saham.
Sementara untuk saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) cenderung stagnan pada pagi hari ini.
Adapun untuk saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) terpantau menguat 0,59% menjadi Rp 342/saham.
Harga emas terpantau melandai setelah Arab Saudi dan negara eksportir minyak mentah (OPEC) mengumumkan pemangkasan produksi.
Pemangkasan produksi minyak dikhawatirkan akan kembali melambungkan harga energi sehingga inflasi bisa merangkak naik.
Akibatnya, inflasi Amerika Serikat (AS) terancam naik lagi. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pun bisa semakin lama mempertahankan kebijakan hawkish-nya.
Pada penutupan perdagangan Jumat lalu, emas ditutup di posisi US$ 1.967,9 per troy ons. Harga sang logam mulia tersebut melemah 0,62%.
Dalam sepekan, harga emas melandai 0,47%. Pelemahan tersebut memperpanjang rekor buruk emas dalam dua pekan beruntun. Pada pekan lalu, harga emas juga anjlok 0,54%.
Harga emas juga masih melemah pada pagi hari ini. Per pukul 06:12 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.962.02 per troy ons. Harganya turun 0,30%.
Emas terus melemah sebagai imbas dari keputusan OPEC yang memangkas produksi minyak.
Seperti diketahui, Arab Saudi dan produsen minyak yang tergabung dalam OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi minyak pada Minggu (3/4/2023). Yang mengejutkan, pemangkasan akan menembus 1,16 juta barel per hari.
Kelompok berdalih itu merupakan langkah "pencegahan" untuk menstabilkan pasar. Pemangkasan ini di luar pemotongan produksi yang dilakukan Rusia 500.000 barel per hari.
Rusia memangkas produksi sebagai bentuk"balasan" ke sanki Barat karena persoalan Ukraina.
Secara rinci, Arab Saudi akan memotong 500.000 barel per hari, sementara Irak 211.000, UEA 144.000, Kuwait 128.000, Aljazair 48.000 dan Oman 40.000.
Langkah OPEC dan Arab Saudi ini bisa kembali melambungkan harga energi global. Harga energi adalah salah satu penyumbang inflasi terbesar di AS.
AS sendiri akan mengumumkan data inflasi Maret pada 12 April mendatang. Inflasi AS tercatat melandai 6,0% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari.
Pasar berekspektasi inflasi akan terus melandai menjadi 5,8% (yoy) pada Maret.
Gubernur Fed Governor Philip Jefferson Senin pekan lalu (27/3/2023) menegaskan jika target utama The Fed tetaplah membawa inflasi ke kisaran 2%.
Jika inflasi AS melaju kencang lagi dan The Fed mempertahankan kebijakan hawkish nya maka harga emas bisa terancam jeblok.
Kebijakan hawkish The Fed akan melambungkan dolar AS dan meningkatkan yield surat utang pemerintah AS.
Dolar yang menguat membuat harga emas semakin tidak terjangkau sehingga membuat investor semakin meninggalkan emas.
Logam mulia juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield akan membuat emas kurang menarik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Masih Perkasa, Tapi Kok 6 Sahamnya di RI Loyo?