Market Commentary
Harga Emas Galau, Tapi 6 Saham Emas RI Cuan Luber

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten pertambangan emas terpantau sudah melesat lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Jumat (31/3/2023), di tengah bangkitnya kembali harga emas acuan dunia.
Hingga pukul 10:26 WIB, dari enam saham pertambangan emas, hanya satu yang terpantau melemah dan satu lainnya cenderung stagnan.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 4.220 | 1,93% |
Bumi Resources Minerals | BRMS | 171 | 1,18% |
Archi Indonesia | ARCI | 350 | 1,16% |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 100 | 1,01% |
Wilton Makmur Indonesia | SQMI | 67 | 0,00% |
Aneka Tambang | ANTM | 2.070 | -0,96% |
Sumber: RTI
Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) memimpin penguatan saham pertambangan emas, yakni melonjak 1,93% ke posisi harga Rp 4.220/saham.
Berikutnya ada saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang melesat 1,18% ke Rp 171/saham.
Sementara untuk saham PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) cenderung stagnan di harga Rp 67/saham.
Namun, untuk saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merosot 0,96% menjadi Rp 2.070/saham.
Harga emas masih bergerak sangat volatil. Setelah terjun bebas, harga emas kembali meloncat kemarin.
Pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, emas ditutup menguat 0,83% di posisi US$ 1.980,25 per troy ons.
Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 23 Maret atau sepekan terakhir. Penguatan kemarin juga berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan sebelumnya di mana emas jatuh 0,48%.
Namun pada pagi hari ini, harga emas kembali melandai. Per pukul 06:10 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.979,33 per troy ons. Harganya melandai tipis 0,05%.
Kembali menguatnya emas ditopang oleh ambruknya dolar Amerika Serikat (AS) serta aksi short covering.
Dolar AS melemah karena pasar berekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mulai dovish di pertemuan berikutnya.
Terlebih, data tenaga kerja AS terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja mulai mendingin. Klaim pengangguran di AS pada pekan yang berakhir 25 Maret 2023 mencapai 198.000. Jumlah tersebut naik 7.000 dibandingkan pekan sebelumnya.
Klaim pengangguran juga lebih tinggi dibandingkan ekspektasi yakni 195.000.
Indeks dolar ditutup di posisi 102,14 kemarin, jauh di bawah posisi hari sebelumnya yang tercatat 102,64. Dolar yang melemah akan menguntungkan emas karena harga emas semakin terjangkau untuk investasi.
"Kenaikan ini ditopang rally short covering. Penyebabnya adalah ekspektasi The Fed akan melunak," tutur analis TD Securities, Bart Melek, dikutip dari Reuters.
Survei CME FedWatch menunjukkan pasar kini bertaruh 50-50% jika The Fed akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan Mei mendatang.
Pelaku pasar sendiri tengah menunggu data The Core Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index atau konsumsi pribadi warga AS yang akan keluar Jumat malam nanti.
Pasar berekspektasi indeks akan naik 0,2% (month-to-month/mtm) pada Februari 2023 setelah meloncat 0,6% pada Januari lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Harga Emas Mulai Loyo, Kok Saham Emas RI Malah Ngacir?
(chd/chd)