Awal Pekan Bursa Asia Bervariasi, Tapi Hang Seng Ambruk

Market - Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
27 March 2023 16:32
A man is reflected on an electronic board showing a graph analyzing recent change of Nikkei stock index outside a brokerage in Tokyo, Japan, January 7, 2019. REUTERS/Kim Kyung-Hoon Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (27/3/2023), di tengah sikap investor yang terus menilai dampak dari masalah perbankan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,33% ke posisi 27.476,9, Straits Times Singapura melesat 0,8% ke 3.238,31, dan ASX 200 Australia bertambah 0,29% menjadi 6.975,1.

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ambruk 1,75% ke posisi 19.567,689, Shanghai Composite China terkoreksi 0,44% ke 3.251,4, KOSPI Korea Selatan melemah 0,24% ke 2.409,22, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terdepresiasi 0,79% menjadi 6.708,93.

Gonjang-ganjing sektor perbankan tidak hanya terjadi di AS, tetapi sudah merembet ke Eropa. Meski demikian, Presiden bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), Christine Lagarde, menenangkan pasar dengan mengatakan perbankan di Eropa resilien dan memiliki modal serta likuidtas yang kuat.

Lagarde juga menyatakan ECB akan menyediakan likuiditas jika diperlukan.

Di lain sisi, Dana Moneter Internasional (IMF) menilai bahwa risiko stabilitas finansial semakin meningkat dan meminta semua negara terus waspada. Meski demikian, langkah yang diambil otoritas di negara-negara maju mampu membuat pasar sedikit lebih tenang.

"Kami terus memonitor perkembangan dengan seksama dan menilai kemungkinan implikasinya ke outlook perekonomian global serta stabilitas finansial global," kata Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, sebagaimana dikutip CNBC International, Minggu (26/3/2023).

Di AS, bank kecil sudah menjadi korban. Terjadi perpindahan simpanan nasabah dari bank kecil ke bank besar dengan nilai yang signifikan. Dampaknya, bank kecil bisa kekurangan modal.

Berdasarkan data dari The Fed, dalam sepekan per 15 Maret, deposit di bank-bank kecil merosot hingga US$ 119 miliar menjadi US$ 5,46 triliun.

Sebaliknya, deposit di bank besar mengalami kenaikan US$ 67 miliar menjadi US$ 10,74 triliun. Hal ini menjadi indikasi para nasabah masih cemas krisis perbankan bisa meluas, khususnya menimpa bank kecil pasca kolapsnya SVB.

Gonjang-ganjing yang melanda sektor perbankan global memberikan sentimen negatif tetapi juga ada dampak bagusnya.

Pasar kini melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga lagi. Bahkan banyak yang memprediksi suku bunga akan dipangkas pada Juli nanti.

Hal tersebut tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 54%, The Fed akan memangkas suku bunganya 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%.

Ketika Barat sedang gonjang-ganjing krisis perbankan, China justru membawa kabar baik. Georgiva melihat ekonomi China akan bangkit tahun, dan memproyeksikan pertumbuhan 5,2%.

Perekonomian China diprediksi berkontribusi hingga sepertiga terhadap pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, setiap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China sebesar 1%, akan turut mengerek 0,3% PDB negara Asia lainnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Awal November Bursa Asia Cerah, Sentimen Resesi Mulai Basi?


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading