
IHSG Cerah, 7 Saham Ini Jadi Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (21/3/2023), di tengah cerahnya kembali saham perbankan global.
Per pukul 11:30 WIB, IHSG menguat 0,73% ke posisi 6.660,44. Hingga akhir perdagangan sesi I hari ini, IHSG bergerak direntang 6.609,22 - 6.674,066.
Secara sektoral, sektor telekomunikasi memimpin penguatan yakni mencapai 1,47%, disusul sektor finansial yang melesat 1,29%, sektor utilitas menanjak 1,26%, dan sektor properti yang terapresiasi 1,01%.
Di lain sisi, setidaknya tujuh saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, di mana mayoritas merupakan saham perbankan raksasa.
Berikut saham-saham yang membantu IHSG menguat.
<>
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni hingga mencapai 19,04 indeks poin.
Tak hanya saham BMRI, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bahkan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga turut menopang IHSG pada sesi I hari ini.
Selain empat saham bank raksasa, ada pula saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) yang membantu IHSG menguat masing-masing sebesar 9,78 indeks poin dan 3,52 indeks poin.
IHSG cenderung mengikuti pergerakan pasar saham global, yang ditopang oleh kenaikan saham perbankan, setelah sebelumnya terpuruk karena krisis Silicon Valley Bank (SVB).
Hal ini terjadi setelah adanya kesepakatan untuk menyelamatkan Credit Suisse dan bank-bank yang sebelumnya mengalami krisis serta upaya bank sentral utama untuk meningkatkan kepercayaan pada sistem keuangan di negaranya.
Bank sentral AS (The Fed), bank sentral Eropa (ECB), dan bank sentral utama lainnya seperti bank sentral Inggris (BoE), bank sentral Jepang (BoJ), bank sentral Kanada (BoC), dan bank sentral Swiss (SNB) berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.
Sementara itu, pada Minggu lalu, UBS sepakat untuk mengakuisisi Credit Suisse senilai US$ 3,2 miliar atau setara Rp 49 triliun (kurs Rp 15.340). Setelah penyelamatan darurat, bank gabungan tersebut akan memiliki aset yang dapat diinvestasikan sebesar US$ 5 triliun.
Di lain sisi, pasar kini mengharapkan bahwa The Fed bakal semakin melunak setelah adanya krisis perbankan di AS. Namun pada pertemuan pekan ini, pasar memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp).
Berdasarkan data CME Group, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 76%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 24% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Borong Big Cap, IHSG Mendadak Hijau di Detik Terakhir
