
Ini Alasan IHSG Punya Modal Bagus buat Ditutup Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di 6.660,44 atau naik signifikan 0,73% secara harian pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (21/3/23).
Sebanyak 311 saham menguat, 190 saham melemah sementara 187 lainnya mendatar alias tidak berubah. Hingga istirahat siang, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 4 triliun dengan melibatkan 11,58 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 743 ribu kali.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, hampir seluruh sektor berada di zona hijau. Sektor finansial dan real estate menjadi yang paling menguntungkan indeks menguat masing-masing 1% lebih. Hanya sektor kesehatan dan energi yang terpantau melemah yaitu 0,01% dan 0,09% secara berurutan.
Sentimen positif yang mendongkrak pergerakan IHSG salah satunya adalah pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali membaik pada hari Senin kemarin. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,2% ke posisi 32.244,58, S&P 500 melesat 0,89% ke 3.951,57, dan Nasdaq Composite menguat 0,39% menjadi 11.675,54.
Mayoritas saham perbankan AS mengalami kenaikan setelah melalui pekan yang cukup volatil pada pekan lalu.
Meskipun demikian, saham First Republic Bank tetap menunjukkan penurunan setelah S&P Global memangkas peringkat mereka. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari krisis perbankan sebelumnya masih terasa.
Selama dua pekan terakhir, ketidakstabilan di sektor keuangan AS membuat pelaku pasar mengubah pandangannya dari sebelumnya memperkirakan The Fed akan kembali agresif menjadi lebih melunak.
Berdasarkan data CME Group terbaru, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 76% The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp). Pasar kini hanya memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp dari sebelumnya sebesar 50 bp.
Pelaku pasar akan memantau pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) kali ini, karena mereka berharap The Fed dapat makin melunak setelah krisis perbankan menghantui AS pada pekan lalu.
Selain itu, pelaku pasar juga akan memperhatikan upaya penyelamatan Credit Suisse di Swiss yang belum membuat saham mereka bangkit. Saham Credit Suisse masih anjlok 56% pada Senin kemarin.
Bank sentral utama, termasuk The Fed, ECB, BoE, BoJ, BoC, dan SNB berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.
Dari dalam negeri, Rapat Paripurna DPR akan memutuskan hasil uji kelayakan Perry Warjiyo sebagai calon Gubernur BI, dan mengenai hasil perubahan Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan Bollinger Band (BB) dan pivot point untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG membentuk 3 candle hijau dan menembus pita tengah BB (6.619). Namun, IHSG masih tertahan di bawah resistance 6.677.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI juga naik ke level 54.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di atas di bawah garis sinyal dengan kecenderungan melebar. Sedangkan, histogram MACD membentuk bar positif.
Pada sesi II, IHSG berpeluang kembali menguji resistance terdekat di 6.677 sebelum menentukan arah selanjutnya.
Apabila gagal menembus resistance tersebut, support terdekat ada di pita tengah BB yang pada sesi I sempat dilewati (6.619).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dekat Resisten Kuat, Awas IHSG Bisa Longsor!