Akhirnya Ada Kabar Baik Jelang Puasa, Harga CPO Nanjak Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat di sesi awal perdagangan Selasa (21/3/2023).
Penguatan menjadi kabar baik setelah pada perdagangan kemarin CPO melemah. Harganya turun karena ikut tertekan minyak saingannya setelah meningkatnya kekhawatiran ekonomi global.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan menguat 1,72% ke MYR 3.850 per ton pada pukul 09:00 WIB. Posisi ini masih berada di kisaran terendahnya sejak 3 Februari 2023 atau tepatnya posisi terlemahnya dalam 6 pekan terakhir.
Pada perdagangan awal pekan Senin (20/3/2023) harga CPO ditutup ambles 3,44% ke posisi MYR 3.785 per ton.
Dalam sepekan harga CPO masih melemah 3,44% secara point-to-point/ptp. Sementara, dalam sebulan turun 8,62% dan turun 9,32% secara tahunan.
Tertekannya harga CPO belakangan ini terjadi karena melemahnya minyak nabati saingannya dan kekhawatiran atas krisis perbankan di Amerika Serikat (AS).
Untuk diketahui bahwa harganya sempat melesat di posisi MYR 4.325 per ton pada 3 Maret 2023 lalu.
Namun sayangnya harganya terpangkas jauh hingga hari ini dan sudah turun di level psikologis 3.800-an, bahkan sempat menyentuh level 3.700 pada perdagangan kemarin.
Kendati menguat, saat ini pelaku pasat masih khawatir terhadap kabar tak menyenangkan dari AS serta masalah bank di AS yang bakal memicu krisis perbankan global.
Merosotnya pasar saham global dan aset berisiko lainnya membuat investor cenderung bermain aman dengan beralih ke aset safe havenseperti emas, obligasi, dan dolar.
Namun, data ekspor yang kuat dan kemungkinan produksi yang rendah akibat banjir baru-baru ini mendukung cukup menjadi sentimen penopang harga CPO agar tidak jatuh terlalu dalam.
Berdasarkan data dari cargo surveyor Intertek Testing Services dan perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia pada awal pekan Senin (20/3/2023), ekspor produk minyak sawit Malaysia dari 1-20 Maret naik antara 19,8% dan 29,8%, dibandingkan dengan pengiriman selama periode 1-20 Februari.
"Meskipun kinerja ekspor Maret yang cukup baik oleh minyak sawit Malaysia, kondisi makro yang lebih lemah, minyak rapeseed Uni Eropa yang turun tajam dan harga minyak Bunga Matahari Laut Hitam menekan minyak sawit untuk tetap kompetitif," kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian sayuran yang berbasis di Mumbai. broker minyak Sunvin Group dikutip dari Reuters.
Sentimen ini sedikitnya mengimbangi sentimen investor global yang bearish setelah krisis perbankan AS dan Eropa yang mengguncang dunia.
Kendati krisis belum sampai ke China atau India yang merupakan konsumen terbesar CPO, apa yang terjadi di AS dan Eropa tetap membuat market terkejut dan khawatir. Hal ini membuat pasar lesu.
Lobak Eropa didiskon dibandingkan minyak sawit mentah di pasar Rotterdam untuk pertama kalinya dalam 25 tahun, sementara harga minyak bunga matahari Laut Hitam telah turun hampir 15% bulan ini, tambahnya.
Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 turun 0,56%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 2,29%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOc2 turun 1,97%.
Untuk diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
Dari Indonesia, Menteri Perdagangan mengungkapkan bahwa produsen minyak sawit di Indonesia menjual 360.150 ton minyak goreng murah ke pasar domestik pada bulan Februari, di bawah target pemerintah yang dirancang untuk memastikan pasokan ke konsumen lokal.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(aum/aum)