Sentimen Pekan Depan

Pasar Menanti The Fed Banting Setir, IHSG Mau ke Mana?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 March 2023 19:00
Silicon Valley Bank
Foto: AP/Jeff Chiu

Lalu apa sentimen pekan depan yang perlu dicermati oleh pasar?

Pada pekan depan, pasar masih akan mencerna krisis perbankan di AS yang terjadi pada pekan ini. Mereka akan memantau apakah kasus First Republic Bank menjadi yang terakhir atau bakal ada 'korban' baru lagi.

Saat ini, sikap investor di global masih cenderung berubah-ubah seiring adanya krisis perbankan global yang dipicu oleh krisis SVB.

Meski ada kabar baik yakni di mana 11 bank di AS berniat untuk membantu First Republic Bank agar dampak dari krisis tidak semakin meluas, tetapi hal tersebut juga masih dikhawatirkan oleh pasar karena krisis perbankan di AS cenderung belum berakhir, sehingga volatilitas pasar pada pekan depan masih cenderung cukup tinggi.

Selain itu, perhatian utama pelaku pasar pada pekan depan tertuju pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed, yang akan berlangsung pada Selasa hingga Rabu waktu setempat dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

The Fed diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuannya pekan depan. Tetapi kenaikannnya diperkirakan mencapai 25 bp, di mana pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 62% The Fed menaikkan sebesar 25 bp. Sementara 38% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.

Optimisme pasar tersebut melihat dari inflasi AS yang kembali melandai menjadi 6% pada Februari lalu. Selain itu, kondisi perbankan di AS yang juga masih belum stabil juga menjadi landasan bahwa The Fed makin melunak.

Tetapi, The Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cukup kuat, sehingga hal ini akan dipantau oleh pelaku pasar bagaimana sikap The Fed merespons gejolak perbankan di AS, sembari melihat data tenaga kerja yang masih cukup kuat.

Dampak dari kebijakan moneter The Fed yang sangat ketat memicu kekhawatiran pasar akan potensi melambatnya ekonomi AS di tengah gejolak pasar.

Selain dari AS, pasar juga akan memantau rilis data ekonomi penting di China, yakni juga terkait keputusan suku bunga acuan.

Bank sentral China (People Bank of China/PBoC) diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuannya. Untuk suku bunga acuan tenor 1 tahun diperkirakan masih akan ditahan di level 3,65%, sedangkan untuk suku bunga acuan tenor 5 tahun diprediksi akan ditahan di 4,3%.

Sementara itu dari Eropa, data inflasi Inggris periode Februari 2023 juga akan dirilis pada pekan depan, di mana inflasi Inggris diprediksi turun menjadi 9,7%, berdasarkan polling dari Trading Economics.

Bahkan tak hanya The Fed saja, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) juga akan melakukan pertemuannya terkait keputusan suku bunga terbaru. Berdasarkan survei dari Trading Economics, BoE akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp menjadi 4,25%.

Dibandingkan dengan AS, inflasi di Inggris terbilang masih cukup tinggi yakni dikisaran 9%-10%. Namun dengan adanya krisis perbankan di AS, bukan tidak mungkin era suku bunga tinggi juga berdampak ke perbankan di Inggris.

Adapun di dalam negeri pada pekan depan, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi XI akan menggelar fit and proper test untuk calon Gubernur Bank Indonesia (BI), di mana petahana yakni Perry Warjiyo merupakan calon tunggal Gubernur BI yang diajukan presiden.

Perry akan membeberkan visi dan misinya ke depan, termasuk rencana dalam menjaga inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar, dan kebijakan moneter ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular