Huru Hara Perbankan AS Bikin IHSG Ambruk 1,3% Sepekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan melemah 1,29% menjadi 6.678,24. Ini merupakan kinerja mingguan terburuk sejak pekan pertama 2023 atau dalam tiga bulan terakhir.
Pelaku pasar di global, termasuk di Indonesia khawatir dengan krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank. Pasar khawatir bahwa fenomena krisis yang pernah terjadi di 2008-2009 kembali terulang di tahun ini.
Sebelumnya, Signature Bank diambil alih otoritas keuangan AS pada Minggu lalu, setelah adanya penarikan dana besar-besaran pada nasabah hingga mencapai US$ 10 miliar.
Bank yang memiliki banyak nasabah di sektor real estate tersebut memiliki aset senilai US$ 110, miliar dan simpanan sebesar US$ 88,59 miliar per akhir 2022. Akibat dari penutupan dua bank, sektor finansial di AS menjadi sektor yang paling merah kemarin.
Belum lagi penurunan harga saham Credit Suisse semakin membuat para pelaku pasar makin ketar-ketir. Beberapa data ekonomi yang rilis pun tampaknya masih belum bisa menyelamatkan IHSG dari keterpurukan dalam minggu ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (15/3) sekitar pukul 11.00 WIB, mencatat, neraca perdagangan Indonesia tetap mengalami surplus pada Februari 2023. Surplus tercatat sebesar US$5,48 miliar. Surplus ini disebabkan ekspor yang lebih tinggi yakni US$ 21.40 miliar, sementara itu impor hanya US$ 15,92 miliar.
Surplus tersebut tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar US$ 3,87 miliar.
Angka surplus ini berada di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga. Konsensus ekonom memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2023 sebesar US$ 3,2 miliar.
Surplus Februari ini sekaligus memantapkan rekor surplus 34 bulan beruntun sejak Mei 2021.
Selain itu, HSG mendapatkan angin segar dari rilis suku bunga Bank Indonesia (BI). BI mempertahankan suku bunga acuan ini seiring dengan kebijakan moneter netral yang bertujuan untuk mencapai target inflasi 2%-4% pada September tahun ini sambil mendukung pertumbuhan ekonomi.
Meskipun inflasi tahunan meningkat menjadi 5,47% pada bulan Februari, BI tetap mempertahankan pandangan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,5%-5,3% untuk tahun ini.
Inflasi tahunan sempat mencapai rekor tertinggi dalam 7 tahun pada September 2022 lalu, tetapi telah mengalami penurunan pada bulan Januari lalu sebelum kembali naik pada bulan Februari. Namun, BI menilai bahwa kenaikan inflasi ini tidak signifikan sehingga memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan.
BI juga mempertahankan suku bunga deposito dan pinjaman semalam pada level 5% dan 6,5% masing-masing. Keputusan ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan investor dalam jangka panjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Dalam konteks ini, pasar modal Indonesia dapat diharapkan akan mengalami sentimen positif karena kebijakan moneter yang stabil dan pandangan pertumbuhan ekonomi yang positif dari BI.
Breaking News: IHSG Jeblok 1% Lebih, ke Bawah 7.000 Lagi!
(ras/ras)